Senin, 03 Januari 2011

HISTORY OF ISLAMIC ORIGINS OF WESTERN EDUCATION Tugas Review

HISTORY OF ISLAMIC ORIGINS OF WESTERN EDUCATION
Tugas Review
Mata kuliah : Sejarah Intelektual Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Abdurahman Mas’ud, Ph.D
Dr. Saefudin Zuhri, M.Ag
















Disusun oleh:

ABDUL KHOLIK
NIM 505920035



KONSENTRASI : PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (PPI) SEMESTER-1
PROGAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATICIREBON
2010
HISTORY OF ISLAMIC ORIGINS OF WESTERN EDUCATION A.D.800-1350 WITH AN INTRODUCTION TO MEDIEVAL MUSLIM EDUCATION
Mehdi Nakosteen
(Colorado : University of Colorado Pres,Boulder,1964)
Review dari buku :
“Kontribusi Islam atas dunia intelektual Barat”
Deskripsi Analisis Abad keemasan Islam
(Terjemahan Joko S. Kahlar dan Drs. Supriyanto Abdullah) Cetakan Pertama, Muharam 1417 H / Juni 1996 Penerbit Risalah Gusti – Surabaya

SEBUAH PENGAKUAN TERHADAP KARYA-KARYA MUSLIM
Islam sebagai Agama Rahmatan lil alamin ternyata telah banyak orang Islam yang memeberikan konstribusi yang sangat berharga terhadap dunia Intelektual Barat. Hal ini telah banyak ditulis oleh para pakar sejarah baik dari kalangan Islam itu sendiri maupun kalangan orientalis. Ilmu Pengetahuan Islam mengalami kemajuan yang mengesankan selama periode abad pertengahan melalui orang-orang kreatif seperti al-Kindi,ar-Razi,al-Farabi,Ibun sinan,ibnu sina (avicenna).Pengetahuan Islam ini telah melakukan investigasi dalam Ilmu Kedokteran,teknologi,matematika,geografi,dan bahkan sejarah. Suatu sebab yang menjadikan Islam dapat menghasilkan Ilmu Pengetahuan begitu banyak dalam waktu yang singkat, kemudian menjadi steril sedemikian cepatnya,dapat diketahui melalui sifat dasar skolatikisme Islam itu juga.bersifat kreatif dan dinamis disatu sisi,tetapi juga reaksioner dan finalistik disisi lain.
Penulis buku ini (Mehdi Nakosteen) menganalisis bahwa Kehidupan Intelektual periode abad pertengahan, khususnya pada abad ke sembilan sampai abad ke tigabelas.,ditandai dengan perkembangan yang terjadi pada lima wilayah geografi yang dapat dikenali yakni dunia Sino – Jepang (Cina-Jepang),India,Yunani Kristen,Latin kristen,Islam wilayah Timur dan barat. Lima wilayah tersebut secara geografis dapa dilihat sebagai dua dunia kultural yang besar yakni India,Cina,Jepang di Timur dan dunia Kristen serta Muslim di Barat.Perkembangan ke lima wilayah tersebut dilatar belakangi oleh budaya,politik dan pemahaman keagamaan masing masing negara.sehingga pada giliranya akan mewarnai dunia Ilmu pengetahuan.
Para sejarawan Muslim mempercayai bahwa ekspansi georafis Islam merupakan sebuah evolusi, bukanya sebuah tindakan yang telah ditentukan sebelumnya,tetapi berdasarkan qur’an dan awal-awal politik Islam baik di Timur maupun diBarat. Ini menunjukan bahwa agama Muhammad mencita-citakan untuk memperluas sayapnya kedalam sebuah sistem politik dunia maupun agama didunia.Penaklukan-penaklukan oleh Arab selama abad awal-awal Islam (Umayah dan Abasiyah) membawa mereka kepada hubungan yang dekat dengan peradaban-peradaban besar dunia.Memang sebelumnya ada rumor yang mengatakan bahwa Muslim awal adalah musuh bagi Ilmu Pengetahuan dan sains karena mereka hanya menerima Ilmu Pengetahuan itu dari Qur’an dan hadits.Pernyataan ini disangkal bahwa hal itu tidak benar dan hanya akan mempersempit wawasan umat Islam saja walaupun dalam kondisi perpustakaan – perpustakaan Muslim yang dibakar.
Kontribusi Islam terhadap dunia Intelektual Barat itu tidak terlepas dari pendidikan klasik atau awal-awal umat Islam mengajarkan Ilmu Pengetahuan.Mehdi Nakosteen menguraikan tentang sekolah sekolah muslim jaman dulu yang beranama Madrasah dan Nizamiyah. Sekolah dalam bentuk baru dirancang sebagai sebuah lembaga negara untuk meningkatkan indoktrinasi agama berdasarkan agama Islam sunni dan indoktrinasi agama berdasarkan gaya Turki – Persia. Pendiri dan yang mempopulerkan madrasah-madrasah (sekolah untuk masyarakat umum) adalah seorang perdana mentri yang terkenal dalam pemerintahan sultan-sultan Saljuq pada abad kesebelas. Dari embrio itu lahirlah akademi –akademi (Perguruan Tinggi) ,diantara akademi terbesar yang lahir saat itu adalah Akademi Nidzamiyah yang didirikan oleh Nizam di baghdad yang dibuka pada tahun 1006-67 (459 H.).Hal itu diperluas oleh Nizamul Muluk dalam memperluas sitem sekolah yang nyaris bersifat Universal diwilayah Islam Timur. (Hal.51).
Pelaksanaan Pendidikan dan pengajaran tersebut tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Diantara tujuan Pendidikan Muslim pada abad pertengahan adalah sebagai berikut: (1).Tujuan keagamaan berdasarkan Qur’an dan hadits Nabi.(2).Tujuan keduniaan (sekular). Diantara tujuan ini adalah menggali semua Ilmu Pengetahuan baik itu bersumber dari Al-qur’an maupun maupun ilmu-ilmu diluar Al-qur’an. Proses mentransfer Ilmu Pengetahuan dari seorang guru terhadap muridnya itu terjadi di Maktab-Maktab atau Kuttab. Yaitu tempat-tempat untuk mengajar menulis dan membaca yang terdapat didunia Arab bahkan sebelum Islam. Maktab sesungguhnya merupakan sebuah tempat untuk belajar membaca dan menulis yang terletak dirumah guru dimana para murid berkumpul untuk menerima pelajaran.
Umat Islam yang sangat menghargai Ilmu Pengetahuan, karena nabi sendiri menyuruh untuk menuntut Ilmu kepada umatnya telah melahirkan rasa hormat dan takzim tehadap ilmu dan buku-buku ,maka tidak mengherankan jika pada masa itu lahirlah perpustakaan-perpustakaan Muslim. Diantaranya Baitul Hikmah di Baghdad, Khazanah al-Hikmah di Mosul dan Basrah, Irak, Darul Ilmi,Umar al-Waqidi dan lain sebagainya.
Mehdi Nakosteen juga mencatat tentang sebab-sebab terjadinya kemunduran atau kehancuran perpustakaan-perpustakaan Muslim tersebut bervariasi.Perpustakaan Muslim di Tripoli hancur akibat dari Perang salib ,Perpustakaan Sultan Nuh Ibnu Mansyur dibakar, dikarenakan para Filosuf besar yang telah menyelesaikan penelitiannya. Belakangan Inilah yang menjadi tuduhan bahwa cendekiawan tersebut membakar sendiri setelah menguasai (memahami) banyak isi dalam perpustakaan tersebut.Dan perpustakaan-perpustakaan yang lainya. (hal.97-101).
Berkaitan dengan masalah pendidikan pada masa klasik, banyak sekali karya-karya klasik pendidikan Muslim dari tahun 750-1350, semua sumber itu tertulis dalam bahasa Arab dan Persia. Sebagian besar karya tersebut membicarakan tentang tujuan Pendidikan Muslim, persoalan metode, teori pengetahuan, kurikulum, pendidikan moral dan religius, psikologi pendidikan, bimbingan pendidikan moral, persamaan hak dalam pendidikan, riset pendidikan, persoalan disiplin, organisasi pendidikan dan administrasinya. Karya-karya tersebut berjudul Gahabus-namah (The Book of Ghabus) ditulis oleh washmgir tetang nasihat moral dan pendidikan, Siyasah – namah ( Book of Statecraft ) karya Nizamul Muluk, Gulistan dan Bustan oleh Sa’di, (sayang Nakosteen tidak menceritakan tentang isi buku tersebut). Fatihatul Ulum oleh al-Ghazal i(Algazel).
Banyak sekali catatan penting tentang Kontribusi Dunia Islam dibidang Sains – Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Seperti ditemukan berbagai Penemuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam berbagai bidang disiplin Ilmu seperti Ilmu Matematika telah ditulis dalam artikel al-Kwarizmi dalam bukunya “ Kitab Al- Mukhtasar Fi.l Hissab al-Jabr al- muqabala” atau “Compendious Book Of Calculation by Completion and balancing” (Al-Gebra) tersimpan di the Princeton University Library,New Je USA, atau artikel Umar Khayyam dalam bukunya” Makalah fi al jabr wa al-muqabalah atau Treatise on Demonstration of Problems of Al-gebra” tersimpan di The Columbia University Library, USA.
Catatan Sejarah para Ilmuan Muslim yang lain seperti al- Samawal , Al-tusi,al-Farisi ,Al-Baghdadi, Abu al-Wafa , al-Kashi, al-Biruni yang tersimpan diberbagai perpustakaan Universitas Amerika dan Eropa . Ilmu Trigonometri yang ditemukan al-tusi dalam bukunya”Shakl Al-qita atau The Transversal figure’Abu-alwafa dalam bukunya ‘Kitab al-Handasa.or The book of aplied Geometry’. Ilmu kimia al-Kindi dalam bukunya ‘Kitab al-taraffuq fi – al Itr atau The book of the Chemistry of perfume and distilations”. Jabir Ibnu hayyan dalam bukunya ‘Al-Khawas al-kabir’atau Great of book of Chemical Properties’.Jabir Ibnu Hayyan dalam bukunya Al-Mawazin atau the weights and measures’al-mizaj atau the cemical combinations dan al-As-bagh atau the Dyes’ kitab “ikhrajma fii al-quwa ila al-fi’l atau The book of obtaining from what was in the power to the action, serta Al-Razi dalam bukunya Kitab al-asror atau The book of the secretts. Tertanda abad 17-18 tersimpan di The US National library of Medicine. Begitupun Ilmu Geometri al-Farabi serta penemuan Ilmu Mekanika oleh Al-Jazari dalam buku Al-jami bayna al-ilmu al-nafi wasinaat al hiyal’atau The book of knowledge of ingenieus mecanical devices yang tersimpan di Teh Metropolitan Museum of art New York’USA.
Penemuan Ilmu Kimia al-Kindi: Kitab kimia al-itr atau book of the chemistryof perfume and distillations, serta ilmuan muslim lain seperti Banu Musa bersaudara; Kitab Al-hiyal al-Handasiyahatau book of ingenious Devices’,serta ilmu tentang teknologi kamera Ibnu Al-Haitam (al-hazeen):’Kitab al-maanazir atau the book of Optic’. Teknologi sond system oleh al-Farabi dalam bukunya Kitab al Musyiki al-kabir atau the great book of music,tersimpan di Columbia University Library, USA dengan koleksi Umar Khayyam pada abad -13.Ilmu tentang optics Ibnu al-haitam (al-Hazen) dalam bukunya kitab al-manazir atau al-hazeni arabis libri septem nunc primum edity’ tersimpan di The British Library, sedangkan cetakan pada abad 16 dengan judul “Manazir” tersimpan di Cambridge University library,UK.Ilmu Pertanian al-Masudi dalam bukunya’Muruj al-dhahabwa maadin al-jawhar atau the meadows of gold and quarries of jewels’ Ibnu Basal: Kitab Al-filahaa atau Book of agriculture dimana edisi abad 19 berada di cambridge university library.
Penemuan Ilmu sosial budaya seperti penemuan permainan catur oleh al-hanbali dalam buku Kitab al-namuthaj al-qital fi la’b al satranj atau book of the Exsamples of warfare in the game of chess’’ yang tersimpan di durham university Library. Ilmu kedokteran dalam buku al-Zahrawi (abulcasis)’al-Tasrif liman ajiza an al-taalif atau al-tasrif tau the method of medicine atau The Arrangement of Medicene yang di cetak di Venice pada abad 15 dengan judul ‘The liber servitoris of abulcasis tersimpan di The Library of National academy of medicene paris ,France. Ilmu hewan al-jahiz dalam bukunya al-hayawan atau book of animals dan al-jahiz dalam bukunya fen al-sukut atau the art of keepeng ones mouth shut serta al jahiz dalam bukunya al-bayan wal tabyin atau eloquance and elucidation tersimpan di Yale University Library.
Ilmu Pengetahuan lain seperti ditulis Al-Muqaddasi dalam bukunya ahsan at-taqasim fi maarifat al-aqalim atau the best Division for knowledge of the regions pada abad 19, tersimpan di glasgow University lIbrary,scotlandia UK dan di Cambridge University Library. Planet bumi penemuan earth al Battani dalam bukunya al-zij atau the scientia stellarum de numeris stelarum et motibus cetakan abad 17 tersimpan di Cambridge auniversity Library. Ilmu bumi karya al-bairuni dalam bukunya al-Qanun al-Masudi atau the Canon Masudi tersimpan di University of Michigan,Princeton University, New Jersey USA. Ilmu Navigasi temiuan al-Mashudi dalam bukunya Murujj al-dhahab wa maadin al- jauhar tau the meadows of gold and Quarries of Jewels. Peralatan astronomi penemuan Taqi al-din dalam bukunya Turuq al_Saniya fi-al-alat al-ruhaniya,or sublime meethods of spiritual machines.
Uraian diatas menggambarkan betapa banyak dan cukup luas apa yang telah dibahas ilmuan muslim terdahulu.Buku Mehdi Nakosteen satu ini Yang diterjemahkan oleh Joko s. Kahlar dan Drs. Supriyanto Abdullah merupakan buah kejujuran dan pengakuan orang Barat akan ketinggian dan keluasan ilmu pengetahuan Islam yang kemudian melahirkan renaissance di Barat. Buku ini lebih lengkap karena pemaparanya lebih komprehensif dengan kajia-kajian dan analisis sehingga bisa menggambarkan cukup jelas dan akurat peta peradaban Islam masa keemasan dan dalam konstelasi khazanah ilmu lain di dunia.
Peradaban dan kebudayaan Barat menurut Tho Thi anh (Ilmuan Vietnam) lebih cenderung pada penghargaan terhadap kebebasaan,hak azasi manusia dan pemujaan terhadap dunia materi. Dengan masuknya khazanah Ilmu dan Pengetahuan Islam membentuk karakter Barat yang lebih Cosmopolitan termasuk menerima berbagai apresiasi budaya yang ada. Salah satu hal menarik dalam hal musik. Do-re-mi-fa-so-la-si-do yang dikembangkan dari notasi bahasa Arab Dal-Ra-Mim-Fa-Sad-Lam-Sin-Dal dikembangkan musisi Italia Guido Of arezzo (Tahun995-1050) pada tahun 1026.Dan masalah minuman jus yang dikenal dunia muslim yanng dikembangkan Lord Byron pertama kali ditemukan oleh dunia Arab kemudian ditiru oleh orang Itali,Prancis dan Inggris. Sebagaimana teknologi pengembanagan minuman sirup yang ada sekarang.Penemuan kosmetik oleh ahli cosmetologists dan bapak Bedah?operasi Abu-al-Qasim Al-zahrawi atau Abul cassis (936-1013). Dia menulis ensiklopedia kedokteran dengan judul Al-tasreef dalam 30 jilid, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa latin dan digunakan sebagai buku ryjukan di kebanyakan Universitas di Eropa,papar Setya budi indartono. Terang benar ini adalah senilai pelimpahan budaya maju yang akhirnya membangun dan membesarkan citra Barat di tahap final yang membesarkan kepongahan. Sebenarnya petak idenya berawal dari Islam. Setidaknya membesar melalui ide yang disemai Islam.
Mehdi Nakosteen pada tahap awal meninjau latar belakang budaya politik dan agama didunia secara lengkap.Dalam masalah sikap Nakosteen mengapresiasikan secara positif terhadap muslim,ia menulis “sikap muslim yang pernah pemurah inilah yang akhirnya memberikan hasil yang baik dalam kebudayaan kristen maupun Muslim sehingga membuka perbendaharaan pengetahuan klasik terhadap pemikiran kreatif didalam dunia muslim yang secara kultural bersifat heterogen ...(hal 5). Pernyata ini mematahkan “teori lama yang musuh bagi ilmu pengetahuan dan sains, dan bahwa mereka hanya mau menerima ilmu pengetahuan yang berasal dari Qur’an dan hadits,dan tidak menunjukan toleransi terhadapkepercayaan dan kekayaan intelektual bangsa-bangsa lain adalah pendapat yang tidak memiliki landasan sejarah” (hal 17).
Islam memandang penting terhadap dunia pendidikan.karena dengan Pendidikan akan memperoleh ilmu dan pengetahuan. Dalam Islam hal itu merupakan penentu keutamaan dan ketinggian ibadah.Niat,proses,aplikasi,dan transformasi nilai pendidikan dalam Islam berdimensi pahala dan kesempurnaan misi muslim.Nilai – nilai itu berorientasi kepada keduniaan dan keakhiratan.Dasar-dasar pendidikan Islaam klasik klasik dan modern tetap sama akan senantiasa berfaut pada transformasi nilai-nilai wahyu dan frofetik yang saling berhubungan dan berkesinambungan.Disinilah Islam memaknai hakikat pendidikan demikian penting.Nakostten menyebut bahwa inti dari tujuan Pendidikan Islam adalah tujuan keagamaan dan keduniaan (hal.55).Paradigma ini perlu dicatat dalam sejarah pendidikan Islam ,karena terbukti saat kemunduran Islam didasarkan pada pengabdian umat terhadap pengamalan nilai-nilai pendidikan,justru pada saat itu sebenarnya universitas-universitaas Islam ssedang dalam keadaan puncak prestasi baik secara kualitas maupun kuantitas.Baik dalam dinasti Abasiyah maupun dinasti Umayah. Dikatakan secara kualitas karena banyaknya lahir Ilmuan Islam yang ahli dalam berbagai bidang yang tidaaak tertandingi baik oleh kekuatan Jepang,India,Yunani Kristen,Latin Kristen sebagaimana sering dikelompokkan secara Geografis oleh Nakosteen.adapun secara Kwantitas maksudnya bahwa pada saat keemasan Islam,Universitas Islam tumbuh dan berkembang baik di Erofa,Afrika maupun asia atau di semua wilayah komunitas Islam.Sayang Nakosten belum sampai menyelidiki secara sempurna apa penyebab kemunduran Islam saat itu.Ia lebih membentangkan Fenomena Islam dalam kewilayahan pemerintahan antara Penguasa kekhalifahan dan kesultanan.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena didalamnya diungkapkan beberapa nama besar Ilmuan Islam yang bukan saja sebagai perintis satu disiplin ilmu juga penyempurna ilmu pengetahuan yanag dipandang baik dalam persfektif Islam.Khalifah al-Ma’mun telah meperlakukan kalangan terpelajar dibidang Ilmu Pengetahuan,Filsafat dan kesusastraan berhimpun disekitar beliau dalam akademi Ilmu Pengetahuan,Baghdad yang didirikanya(hal.211). Yahya Ibnul Batrik penerjemah buku plato dan aristoteles,al-kindi sang kreator Ilmu bahkan untuk menyempurnakan misi ini Al-Ma’mun menenunjuk tiga putra dari Musa Ibnu Syakir yang mempertanggungjawabkanya.Hebatnya ternyata buku-buku besar Juha diterjemahkan diabad kesembilan,termsuk memberi ulasan terhadap Archimedes dan Euclid dari Yunani,terjemahan Al-Hamsi dari karya Apollonius,ulasan Ibnu Yusuf atas Menelaus,ulasan Naziri atas Euclid dan Ptolemy (hal.211).Inilah yang kemudian disebut Reanisans Islam diabad kesembilan,kesepuluh,dan kesebelas.
Tampak benar pengaruh muslim aristotelian dari kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam terhadap eropa bahkan menjadi inti dari kurikulum universitas Paris (sebagai contoh) hingga abad ke enam belas,di Italia hinga abad ke sembilan belas,juga berlaku dibeberapa negara Eropa.Menurut perhitungan satu milenium lamanya Ilmu Pengetahuan Islam dipakai sebagai penentu peradaban modern barat saat ini. Secara lembut Nakosteen menulis “hanya satu hutang yang tetap tatak terbayar”.Lebih lanjut ia menulis”Pemikiran Barat demikian banyak diperkaya oleh kerja keras kreatif selama lima ratus tahun Ilmu Pengetahuan Muslim telah sangat terlambat-atau boleh jadi enggan-untuk mengakui hutang ini dan terlambat pula untuk menyampaikan ungkapan terima kasih kepada pemberinya tersebut (hal.277).Secara mengejutkan dan penuh kejujuran atas pengakuan - mungkin kekaguman nakosteen terhadap karya-karya Intelektual Islam-Ia mengungkapkan “karya inin (buku ini) adalah suatu langkah dalam tujuan tersebut” (hal.2770.
Buku istimewa ini terdiri dari sembilan bab, dilengkapi apendiks,catatan-catatan dan bibliografi yang mendukung.Namun dmikian buku ini sebaiknya menganalisis secara terspisah dalam bab khusus seehinga bisa menjadi bahan refleksi peminat membaca tentang ke-Islaman.Apakah karena tumbuhnya mazhab atau firqah dalam Islam ? atau memang hal-hal politis ? dan beberapa pertanyaan lain baik semestinya terjawab dalam buku ini. Atau seputar hasil analisis internal dan menemukan dari kajian pihak lain seperti Musthafa Kemal Pasha yang menyimpulkan kehancuran Islam disebabkan adanya tiga faktor ; perama adanya krisis dalam bidang ke-agamaan,kedua,adanya krisis dalam bidang sosial dan politik, dan yang ketiga addanya krisis dalam Ilmu Pengetahuan.
Buku ini terdiri dari 525 halaman, sangat layak dibaca dan dijadikan acuan menelaah Islam dimasa lalu dan refleksi untuk menjadi titik balik kebangkitan Islam jilid kedua yang tampaknya dirindukan dunia, sehungga Ilmu dan Pengetahuan yang menciptakan peradaban global lebih bernilai kerahmatan. Sebagaimana misi Islam adalah rahmatan lil’alamin dan bisa mencapai kwkuatan islam yang menyeluruh. Semoga.

METODE PEMBELAJARAN BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP AL-QUR'AN

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran, metode sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pendidik dan institusi pendidikan. Ketepatan dalam menerapkan metode bisa mempercepat proses dan pencapaian tujuan pembelajaran sebagaimana diharapkan. Persepsi seperti itu sudah lazim diperhatikan setiap praktisi pendidikan. Namun demikian di lapangan sering terjadi kendala dalam pelaksanaannya.

Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam penerapan metode pembelajaran yaitu : Pertama; guru kurang terampil dalam memilih dan menggunakan metoda. Kedua; sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Ketiga; kondisi lingkungan pendidikan kurang mendukung. Keempat; kebijakan institusi pendidikan yang kurang mendukung kegiatan mengajar dengan menggunakan metode yang variatif.

Ahmad Tafsir menemukan beberapa hal berkenaan kekurangtepatan dalam memilih metode mengajar. Pertama; banyak siswa yang tidak serius, main-main ketika mengikuti materi pelajaran. Kedua; pengajar kurang menguasai materi dan, ketiga; para siswa pada akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu (1992 : 131).

Realita di lapangan mengindikasikan betapa metode dalam proses belajar dan mengajar mendesak untuk disikapi. Namun demikian perlu disadari bahwa setepat apapun memilih metode, tetap harus didukung dengan penguasaan materi oleh setiap pengajar/guru. Guru, tampaknya menjadi faktor penentu kesuksesan belajar. Selain itu sangat diperlukan kesabaran dan kewibawaan khusus sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi muridnya didiknya.






PEMBAHASAN

1. Pengertian Metode Pembelajaran
1.1. Pengertian metode
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “ Metode” adalah ‘Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Seiring dengan itu Mahmud Yunus mengatakan metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu,baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan,maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan yang lainya.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dari pernyataan itu timbul pula pertanyaan tentang istilah kata yang sama yaitu metodologi. Metodologi adalah ilmu tentang cara atau sampai kepada tujuan.Asmuni syukir menjelaskan, metodologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentanag cara-cara jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efesien. Demikianlah perbedaan yang sangat tipis antara pegertian metode dan metodologi namun harus dapat dibedakan secara jelas.

1.2. Pengertian pembelajaran.
Sebelum kita mehami tentang Pembelajaran ,kita harus memahami dulu apa itu yang namanya belajar. Sebab kata pembelajaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pe-m dan akhiran an.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce). Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan.Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Dari pegertian tentang belajar dapat dipahamai tentang apakah yang dimaksud dengan pembelajaran itu ?.
Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran adalah sebuah metode atau jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu ( khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar) agar kegiatan belajar tersebut berhasil terhadap apa yang diharapkan.

2. Prinsip-prinsip Al-qur’an tentang metode pembelajaran.
Prinsip disebut juga dengan asas atau dasar. Asas adalah kebenaran yang menjadi menjadi pokok dasar berfikir,bertindak dan sebagainya.Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam yang bersumber pada alqur’an berarti prinsip disini yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan bersumber dari alqur’an dalam mengaplikasikan metodologi pembelajaran.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar ada ungkapan populer bahwa metode jauh lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran :Tujuan, metode,materi,media dan evaluasi.
Seiring dengan itu guru dituntut agar cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik.
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran : 1). Tujuan Yang hendak dicapai 2).Kemampuan guru3).Anak didik 4).Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung 5) Fasilitas yang tersedia 6) Waktu yang tersedia 7).Kebaikan dan kekurangan sebuah Metode.
Alqur’an sebagai pedoman bagi umat Islam yang menjungjung tinggi tentang pendidikan dan pengajaran didalamnya tersirat mengandung dasar-dasar metode pembelajara dan pengajaran bagi kegiatan belajar mengajar.
Diantara metode-metode yang tersirat dalam alqur’an adalah :

1. Metode Pembiasaan.
Dalama Teori perkembangan anak didik dikenal ada teori Konvergensi,dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya.Potensi dasar tesebut menjadi penentu tingkah laku. Oleh karena potensi dasar harus diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.
Aqur’an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip-prinsip umum pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Dalam merubah sebuah prilaku negatif misalnya alquran memakai pendekatan pembiasaan yang dilakukan secara berangsur-anngsur. Kasus pengharaman Khamar, misalnya alqur’an menggunakan beberapa tahap. Tahap pertama ;Sebagai gambaran umum Allah menurunkan ayat yang artinya:
  •      •  •      
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan”. ( QS Al-nahl [16]:67)

Ayat diatas memberikan penjelasan hanya sebatas tentang manfaat yang dapat diperoleh dari buah korma dan anggur agar mereka merasakan demikian besarnya kemahakuasaan Allah. Ayat ini sama sekali belum menyentuh garis hukum haramnya minuman khamar . Kemudian turun ayat berikut :
           ••                   
“yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.(QS,Albaqarah,219).

Ayat ini mengisaratkan adanya alternatif pilihan yang diberikan Allah antara memilih yang banyak fositifnya dengan lebih banyak negatifnya kebiasaan meminum khamar. Demikian toleranya Alqur’an sesungguhnya dapat menyentuh perasaan dan fikiran setiap orang bahwa kebiasaan meminum khamar dan melakukan perjudian adalah kebiasaan yang seharusnya ditinggalkan, karena asfek negatif yang akan muncul dari perbuatan tersebut lebih banyak dari pada aspek manfaatnya.
Tahap kedua Allah menurunkan ayat yang artinya :
            
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan....( QS. An-nisa[4]:43).

Meminum khamar adalah perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian diantara kaum muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi minum yang memabukan.Namun sebagian masih ditemukan sulit untuk merubah kebiasaan tersebut,sampai-sampai mau melaksanakan shalat pun masih melakukan hal itu.
Tahap ketiga, secara tegas melarang untuk meminum khamar,sebagimana ayat berikut :
               
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al-maidah [5]:90)

Oleh karena itu,pendekatan pembiasaan sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai fositif ke dalam diri anak didik baik pada aspek kognitif,afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efektif dan efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.
Cara Mengaplikasikan metode Pembiasaan:
a. Mulailah sejak dini pembiasaan tersebut. Usia sejak bayi adalah usia yang tepat untuk melakukan kebiasaan.Karena masa ini anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan.
b. Pembiasaan itu dilakukan secara kontinyu,teratutr dan terprogram.
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat dan,konsisten dan tegas.
d. Pembiasaan yang awalnya bersipat mekanistis hendaknya berangsur-angsur menjadi kebutuhan.
2. Metode keteladanan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “keteladanan” asal katanya teladan yaitu perbuatan ata barang yang patut ditiru dan contoh.Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru dan dicontoh. Dalam bahasa Arab keteladanan sama dengan kata Uswah. Maksud keteladanan disini adlah keteladanan yang baik yang bisa dicontoh dan dikuti oleh orang lain.
Alqur’an sebagai sumber hukum islam didalamnya tersirat tentang metode mengajar sebagaimana tercantum dalam surat Al-mumtahanah ayat 6 :
               •     
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.( QS. Al-mumtahanah :6)

Dalam ayat tersebut diperlihatkan kata uswah digandeng dengan kata hasanah ( baik).artinya bahwa Allah mengutus nabi Muhammad ke permukaan bumi adalah sebagai contoh atau teladan yang baik bagi umatnya.Beliau selalu terlebih dahulu mempraktekan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum menyampaikannya kepada umat. Sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantahaa dan menuduh bahwa rasullallah SAW hanya hanya pandai bicara dan tidak pandai mengamalkan.Praktek uswah ternyata menjadi pemikat bagi umat untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasullallah dan mengamalkan semua tuntutan yang diperintahkan rasullallah ,seperti melaksanakan ibadah shalat,puasa nikah dan sebagainya. Persoalan yang timbul adalah masihkah relevan metode keteladanan yang dipraktekan rasullallah sekitar satu setengah abad yang lalu untuk jaman sekarang yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan akhlak.
Salah satu contoh pendidikan yang berhasil dengan menggunakan metode keteladanan adalah pendidikan di pondok pesantren.
Imam Bawani menjelaskan faktor pendukung keberhasilan pendidikan dipesantren adalah :
1. Terwujudnya keteladanan kyai. Kelebihan seorang kyai dalam memimpin sebuah pesantren adalah karena ia memiliki pamor atau kelebihan yang baik dan terkenal dimasyarakat luas.
2. Terciptanya hubungan yang harmonis antara seorang kyai dengan kyai lainya,dan hubungan kyai dengan santrinya.Hubungan semacam ini selalu berlandaskan kepada dasar kemanusiaan dan ikatan ukhuwwah antar sesama muslim.
3. Mencuatnya kematangan out put atau lulusan pesantren dalam menjalankan agama di masyarakat.
Untuk menciptakan anak yang saleh pendidik tidak hanya cukup memberikan prinsip saja karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut.Sehingga sebanyak apapun prinsip yang diberikan tanpa disertai contoh teladan ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna.Sungguh tercela bagi seorang guru yang mengajarkan suatu kebaikan kepada siswanya sedangkan ia sendiri tidak menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.

3.Metode Pemberian ganjaran
Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan ganjaran adalah Hadiah,. hukuman, balasan. Dari definisi tadi dapat difahami bahwa ganjaran dalam bahasa indonesia dapat dipakai untuk balasan yang baik atau balasan yang tidak baik.
Dalam Bahasa Arab sendiri kata ganjaran tersebut diistilahkan dengan kata tsawab. Kata tersebut bisa berarti pahala, upah atau balasan.Termasuk dalam Al-qur’an pun banyak kata tersebut disebut berulang-ulang yang mengandung kata-kata tsawab salah satunya surat Ali-imran ayat 148 :
           
“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[236] dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.(QS.Ali-imran:148)

Kata tsawab dalam ayat tersebut identik dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan itu kaitanya dengan pendidikan Islam, kata tsawab adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap prilaku baik dari anak didik.
Dalam pembahasan yang lebih luas ganjaran bisa dilihat sebagai berikut :
a) ganjaran adalah alat pendidikan prepentif dan refresif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motifator belajar bagi murid.
b) Ganjaran adalah hadiah atas perilaku baik dari anak didik dalam proses pendidikan.
Cara mengaplikasikan Ganjaran :
Berbagai macam cara mengaplikasikannya antara lain :
a) Pujian yang indah,diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
b) Imbalan materi/hadiah karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah.
c) Dengan mendoakan anak tersebut.
d) Tanda-tamda penghargaan,hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prestasi yang diperolehnya.
5. Metode Pemberian hukuman.
Hukuman dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang orang yang melanggar undang- undang dan sebagainya.
Dalam bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan iqab, jaza, uqubah. Kata iqab bisa juga beratri balasan. Begitupun Alqur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, banyak menyebutkan kata-kata tersebut. Salah satunya adalah surat Ali-imran ayat 11 :
                
(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; Karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-Nya.(QS.Ali-imran:11)

Dari ayat diatas kata iqab ditunjukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Dalam hubungannya denga pendidikan islam kata Iqab berarti ;
a) Alat pendidikan preventif dan refresiv yang paling tidsk menyenangkan
b) Imbalan dan dari perbuatan yang tidak baiok dar[i peserta anak didik.
Istilah Iqab sedikit berbeda dengan tarhib,diman iqab telah berbentuk aktivitas dalam memberikan hukuman seperti memukul,menampar,menonjok dan lain-lain. Sementara tarhib adalah berupa ancaman pada anak didik bila ia melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan.
Syarat mengaplikasikan pendekatan pemberian hukuman.
Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu bahwa hukuman adalah jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendidikan ini adalah untukmeyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.
Pemberian juga memiliki beberapa teori diantaranya hukuman alam,ganti rugi,menakut-nakuti dan balas dendam. Oleh karena itu agar pendekatan ini tidak terjalankan dengan leluasa maka setiap pendidik hendaknya memperhatikan sarat-sarat dalam memberikan hukuman :
a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan kasih sayang.
b. Harus didasarkan kepada alasan keharusan
c. Harus menimbulkan kesan diahati anak
d. Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik.
e. Diikuti denga pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.


5. Metode Ceramah.
Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa. Ramayulis mengatakan bahwa Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadapmurid-murid di ruang kelas (Zuhairini dan kawan-kawan). Dalam bahasa Inggris Metode Ceramah disebut juga “lecturing method atau telling method”.Metode ini adalah metode yang serind digunakan,karena metode ini sangat mudah untuk digunakan.
Pada zaman Rasullah Muhammad SAW metode ceramah merupakan metode yang paling awal digunakan.Karakteristik metode ini peranan guru sangat menonjol sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan guru.Sementara ayat alquran yang mempenyai hubungan dengan metode ini adalah surat Yusuf ayat 2 :
      
“ Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” .(Q.S. Yusuf :2)

Ayat diatas menerangkan bahwa tuhan menurunkan Al-quran dalam bahasa Arab dan menyampaikanya kepada nabi Muhammad SAW dengan bahasa tersbut. Begiti juga ketika nabi menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan media bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan tersebut. Dengan perantaraan bahasa ini pesan-pesan tersebut dapat ditangkap karena lebih dominan pengucapan dari pada aksi.
Metode ceramah paling sering dilakukan dalam kegiatan belajar namun metode ini mempunyai banyak kekurangan diantaranya:
1.Interaksi bersifat centred (berpusat pada guru)
2.Kurang banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan massalah
3.dan kurang mengembangkan kecakapan kepada siswa..
6. Metode Tanya Jawab.
Metode Tanya Jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan kepada murid atau metode guru bertanya siswa menjawab. Pengerttian lain dari metode ini adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada muridnya atau sebaliknya.
Dalam sejarah perkembangan Islam sangat dikenal penggunaan metode ini. Metode ini sering dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan ajaran Islam. Metode ini merupakan metode yang paling tua digunakan.Ayat Alqur’an yang memuat metode ini adalah
         
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,” (QS. An-nahl :43)
Dalam penggunaan metode ini tentunya ada kelebihan dan kekuranganya disini peran guru harus benar-benar memperhatikan kesesuaian materi pelajaran denganmetode yang digunakan.Dalam menggunakan metode ini ada beberapa halyang harusdiperhatikan pertama jenis pertanyaan kedua tehnik mengajukan pertanyaan dan ketiga memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode tanya jawab dan juga harus didasari oleh prinsipp kebebasan,prinsip keserasian,prinsip integrasi dan prinsip individual.
1.3. Perbedaan antara Metode Pembelajara dengan Media Pembelajaran.
Metode adalah ‘Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu,baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan,maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan yang lainya.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dari pernyataan itu timbul pula pertanyaan tentang istilah kata yang sama yaitu metodologi. Metodologi adalah ilmu tentang cara atau sampai kepada tujuan.Asmuni syukir menjelaskan, metodologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentanag cara-cara jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efesien. Demikianlah perbedaan yang sangat tipis antara pegertian metode dan metodologi namun harus dapat dibedakan secara jelas.
Media berasal dari bahasa latin bentuk jamak dari medium yang secara harpiah berarti Perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Ariep S Sadiman 1990). Media Pembelajaran adalah alat atau sarana yang dapat membantu PBM atau menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasaran (anak didik) tersebut. Alat bantu tersebut berupa Visual, gambar, model,objek dan alat-alat bantu lain dari kemajuan teknologi sekarang ini.

KESIMPULAN

Materi pendidikan dan metoda yang digunakan dalam proses kependidikan tidak boleh dipandang enteng. Materi pendidikan yang kurang tepat akan berakibat gagalnya pencapaian tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan. Demikian pula, tidak tepatnya metoda yang digunakan dalam proses kependidikan akan membawa dampak kerugian serius bagi tercapainya tujuan sebagai standar optimal.
Pandangan hidup Islam telah didefinisikan di dalam Al-Qur’an, maka dasar-dasar teori pendidikan Islam khususnya tentang penggunaan metode pun tersirat dalam Al-Qur’an. Materi pendidikan ilmu pengetahuan boleh jadi tidak dibedakan antara atitud-atitud tertentu harus disesuaikan dengan hal-hal yang membedakan satu masyarakat dengan masyarakat lain, tergantung atas nilai-nilai yang ada dan kepercayaan masyarakat setempat..
Alqur’an sebagai pedoman bagi umat Islam yang menjungjung tinggi tentang pendidikan dan pengajaran didalamnya tersirat mengandung dasar-dasar metode pembelajara dan pengajaran bagi kegiatan belajar mengajar.
Diantara metode-metode yang tersirat dalam alqur’an adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian ganjaraan, metode pemberian hukuman, metode ceramah, metode tanya Jawab




DAPTAR PUSTAKA

Departemen agama ,Alquran dan terjemahanya. Asyipa, Semarang, 1999.
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan (Pengertian ,Pengembangan dan Pemanfaatanya) CV Rajawali ,Jakarta,1990
A. Tafsir, Metodologi Pengajaran agama Islam, Rosda Karya Bandung,1995.
------------, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Rosda Karya,1995
Abdulrahman Saleh Abdullah, Teori pendidikan berdasarkan Al-qur,an, PT Rinekacipta, 1994
Depdikbud, Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka,1995.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 1990.
Zakiayah Darajat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi aksara, Jakarta, 1995.
Abdullrahman an nahlawi ,Pendidkan Islam dirumah, sekolah dan masyarakat, Gema Insan Pres, 1994.

PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR

PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR
Abdul Kholik
pascasarjana IAIN Cirebon
PENDAHULUAN

Belajar adalah kegiatan yang berproses serta membawa perubahan bagi orang yang belajar tersebut. Belajar juga merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.Di samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu, walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.

Hakekat dari perbuatan belajar adalah perubahan prilaku dan pribadi. Jika suatu kegiataan belajar mengajar tidak berimplikasi kepada perubahan bagi sang pelajar maka tujuan dari pembelajaran itu bisa dikatakan gagal. Perubahan dalam konteks belajar itu bersifat fungsional/struktural, material, dan behavioral, serta Keseluruhan Pribadi. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tentang belajar tersebut penulis akan melengkapi sebagian Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.












PEMBAHASAN

Pengertian belajar.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce). Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan.Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1.Relatively permanent, yang secara umum menetap
2.Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.Reinforce, yang diperkuat
4.Practice, Praktek atau latihan
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.



Contoh Belajar.
Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba memainkan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku “memutar” dan “meletakan” tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu.
Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan contoh itu belajar dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.
Arti Penting Belajar.
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap unsur pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tap pernah ada pendidikan sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang Berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikanpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam menguasai prose perubahan manusia itu.
Belajar memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih maju karena belajar.
Dalam perspektif keagamaanpun belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.
Seorang siswa yang menempuh proses belajar yang ideal yaitu ditandai munculnya pengalaman-pengalaman psikologi baru yang positif yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sikap, sifat dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan destruktif (merusak)

Belajar dalam Perspektif Psikologi
Menurut para ahli psikologi pendidikan khususnya yang tergolong cognitifist (ahli sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem Penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia
Dalam otak kita ada yang dinamakan skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Cultural skema untuk menafsirkan mitos dan kepercayaan adat dan seterusnya. Skema ini berada dalam sebuah kumpulan yang disebut schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan dalam sub sistem akal permanen manusia.
Menurut Best (1987) setiap informasi yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh sub sistem akal pendek (short term memory) terlebih dahulu di simpan sesaat atau Tepatnya lewat karena dalam waktu sepersekian detik yang disebut sensory memory alias sensory register yakni subsistem penyimpanan pada saraf indera penerima informasi dalam dunia kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan influsi ke otak.
Ragam Pengetahuan Dan Memory
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam, yakni; declarative knowledge dan procedural knowledge (Best, 1989, Anderson, 1990). Pengetahuan deklaratif dan prosedural proporsional ialah pengetahuan mengenai informasi factual yang pada umumnya berfsifat statis-nomatif dan dapat dijelaskan secara lisan isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan/lisan dengan demikian pengetahuan deklaratif adalah knowing that atau “mengetahui bawah”. Juga disebut state able concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan (Evans, 1991) Sebaliknya pengetahuan prosedur adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Namun, pengetahuan didemonstrasikan dengan perbuatan nyata. Jadi, pengetahuan prosedural lazim disebut sebagai knowing how atau “mengetahui cara” melakukan sesuatu perbuatan pekerjaan dan tugas tertentu.
Selanjutnya ditinjau dari sudut sejenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri dari dua macam.
1.Semantic memory (memori semantic), yaitu memori khusus yang menyimpanarti-arti atau pengertian-pengertian
2.Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.

Belajar dalam Perspektif Agama Islam.
Allah Berfirman, “….apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (Az-Zumar: 9)
“Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui….” (Al-Isra:36). Dalam Hadits Riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan hanya didapat melalui belajar….” .
(Qordhawi, 1989) menyatakan “Ragam Alat Belajar dan alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Allah adalah :
1.Indera penglihat (mata) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif). Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungan dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional

Teori-Teori Pokok tentang belajar
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang Berkaitan dengan peristiwa belajar. Di antara banyak teori yang berdasarkan eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni; Connectionism, classical conditioning dan operant conditioning.
1.Koneksionisme.
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874, 1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an, eksperimen Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dalam eksperimen kucing itu atau puzzle box kemudian dikenal dengan nama instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).
Berdasarkan eksperimen itu, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon, itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond theory” dan S-R psychology of learning”.
Thorndik mengemukakan tiga macam hukum yaitu:
1.Law of effect yaitu jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat, sebaliknya semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon semakin lemah pada hubungan stimulus dan respon tersebut. Hukum inilah yang mengilhami munculnya konsep reinforcer dalam teori operant conditioning hasil penemuan B.F. Skimer
2.Law of readiness (hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction units (satuan perantaraan).
3.Law of exercise (hukum latihan) ialah generalisasi atau law of use dan law of disuse. Menurut Hilqaret dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut. Akan semakin kuat (law of use) dan sebaliknya jika perilaku tadi tidak akan sering dilatih maka akan terlupakan atau menurun (law of discuses).
2 Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Povlo (1849-1936) seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909.
Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Dalam eksperimennya Pavlor menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioning stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan Unconditioned response (UCR).
CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari CR adalah respon yang dipelajari itu sendiri UCS adalah rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari UCR adalah respon yang tidak dipelajari
3.Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon)
Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) penciptanya bernama Burhus Fredic Skimer (lahir tahun 1904) seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema yang mewarnai karyanya adalah bahwa tingkah kaku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987)
Operant adalah sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap tingkah lingkungan yang dekat (Reber, 1988)

Proses dan Fase Belajar
Proses berasal dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
Fase-Fase dalam proses belajar menurut Jerome S. Bruner, siswa menempuh tiga episode atau fase yaitu :
a.Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam 3 tahapan.
a.Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).

Perubahan individu karena belajar.
Memang benar menurut para ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Namun demikian baik secara explisit maupun implicit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya ialah bahwa dalam definisi maupun konsep belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengulangan tertentu.
Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan baru mungkin juga bersifat penambahan informasi atau pengetahuan/keterampilan yang telah ada. Bahkan mungkin pula merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu yang tidak dikehendaki. Misalnya kebiasaanmerokok, ekspresi marah, dan sebagainya. Dari uraian di atas kita dapat mengidentifikasikan beberapa ciri perubahan yang merupakan ciri prilaku belajar diantaranya adalah :
- Bahwa perubahan itu intensional dalam arti pengalaman atau praktek/latihan itu dengan disengaja dan disadari dilakukan, bukan secara kebetulan.
- Bahwa perubahan itu positif dalam arti sesuai seperti yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa atau segi guru.
- Bahwa perubahan itu efektif bagi pelajar serta fungsional, dalam arti ada perubahan hasil belajar. Perubahan itu pada pokoknya didapat karena ada usaha


Manifestasi Perbuatan Belajar
Hakekat dari perbuatan belajar adalah perubahan prilaku dan pribadi. Perubahan dalam konteks belajar itu bersifat fungsional/struktural, material, dan behavioral, serta Keseluruhan Pribadi.
Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Belajar Merupakan Perubahan Fungsional
Pendapat ini dikemukakan oleh penganut teori daya (Faculty Psikology) dan paham nativisme. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu (missal: daya mengingat, berfikir, dll). Agar daya-daya itu berlaku secara fungsional maka harus dilatih, maka dari itu dalam contect ini
-Belajar adalah melatih daya.
Jadi hasil belajar dalam bidang tertentu menurut teori ini akan dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain, teori ini kita temukan dalam teori kognitivisme. Dalam teori keseimbangannya yang disebut Accomodation dijelaskan bahwa struktur fungsi kognitif itu dapat berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal yang baru yang tidak dapat diorganisasikan kedalam struktur yang telah ada. Dengan demikian belajar dalam hal ini mengandung makna perubahan Struktural.
- Belajar Merupakan Perkayaan Materi (Material) dan Perkayaan Pola-pola Prilaku baru (Behavior)
Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham ilmu jiwa Asosiasi (Johnlocke dan Herbart) lebih jauh lagi faham Empirisme. Paham ini berasumsi bahwa pada kelahirannya jiwa manusia itu laksana bejana kosong yang harus diisi agar dapat berfungsi. Maka dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan-pengetahuan, pengalaman-pengalaman yang sebanyak-banyaknya melalui hafalan.
- Belajar Merupakan Perubahan Prilaku Pribadi secara Keseluruhan
Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham jiwa gestalt yang lebih jauh lagi bersumber pada paham Organimismic Psychology. Dalam konteks ini belajar merupakan prilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagian dengan kata lain meskipun hal yang dipelajari itu bersifat khusus namun akan mempunyai makna bagi totalitas pribadi individu yang bersangkutan.


Bagaimana Belajar itu Terjadi?
Kalau dikaitkan lagi dengan belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses maka dapatlah dikatakan bahwa seseorang mulai belajar kalau diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk memperoleh kecakapan baru.
Teori-teori tentang bagaimana belajar itu terjadi dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:
- Teori molecular: teori ini berpendapat bahwa perkembangan tingkah laku itu tergantung pada belajar. Golongan molecular ini menggunakan introspeksi sebagai salah satu metode dalam psikologi.
Dan bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk dari pengalaman-pengalaman individu atau Karena latihan (Bertujuan Historik)
- Teori molar: teori ini berpendapat bahwa yang primer adalah keseluruhan misalnya sepeda itu lebih daripada sejumlah onderdil. Para penganut teori ini juga memakai metode introspeksi. Para penganut teori molar lebih menekankan pengalaman masa kini dalam tingkah laku manusia. Struktur dari problem yang dihadapi sekarang lebih menentukan bagaimana penyelesaian problem itu daripada pengalaman masa lampau.





KESIMPULAN

Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan akan tetapi Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar, dengan kemampuan berubah itu manusia secara bebas dapat mengeksplorasikan, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Dalam Definisi Atau Konsep Belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan. Prilaku berdasarkan praktek atau pengulangan tertentu.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar (faktor sosial dan Non Sosial) misalnya keadaan cuaca, alat dalam belajar dan manusia. Ada pula faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yaitu keadaan fisiologis dan psikologis.
Kalau dikaitkan dengan belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses maka dapatlah dikatakan bahwa seseorang mulai belajar kalau diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk memperoleh kecakapan baru.
Hakekat dari perbuatan belajar itu adalah perubahan prilaku dan pribadi. Perubahan dalam konteks belajar itu bersifat:
- Struktural/fungsional, artinya bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya/kemampuan tertentu (misalnya daya berfikir, daya mengingat, dll.)
- Belajar merupakan perkayaan materi (material). Artinya, bahwa pada awalnya jiwa manusia itu laksana bejana kosong yang harus diisi agar dapat berfungsi. Dalam konteks ini belajar dapat diartikan suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan-pengetahuan, pengalaman-pengalaman yang sebanyak-banyaknya melalui hapalan-hapalan.
- Belajar merupakan perubahan prilaku pribadi secara keseluruhan. Dalam konteks ini belajar merupakan prilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan artinya meskipun hal yang dipelajari itu bersifat khusus namun akan mempunyai makna bagi totalitas pribadi individuyangbersangkutan.



DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin, 1981 Pedoman Studi Psikologi Pendidikan, Penerbit Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung.
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan,Rosda Karya Bandung ,1997.
M. Ngalim Purwanto, 1988, Psikologi Pendidikan, Penerbit Remaja Karya CV Bandung.
Abu Ahmadi,H. Drs 2003, Psikologi Umum, Rineka Cipta.

















Rabu, 21 Juli 2010

Pemikiran Pembaharuan Nurcholis Madjid

I.PENDAHULUAN
Nurcholis Madjid yang lebih akrab dipanggil Cak Nur adalah sosok pemikir muslim Indonesia yang ide-idenya sangat kontropersial pada masa itu, termasuk dalam masalah pendidikan. Pendidikan Magister dan Doktornya beliau selesaikan di Barat. Karena itu sangat wajar jika ide-ide pembaharuan yang dilontarkanyanya tersebut banyak dipertanyakan oleh pemikir-pemikir muslim di Indonesia lainnya.
Gerakan pembaharuan yang di sampaikan Nurcholis madjid sekalipun mendapat simpati tetapi tidak sedikit pemikir-pemikir muslim lainya mengadakan perlawanan terhadap gagasan yang disampaikanya. Ia telah menjadi sekularitas, bahkan dalam kritikan yang pedas mereka memposisikan Nurcholis madjid sebagai agen Yahudi dan Nasrani. Istilah ini dilontarkan ketika beliau menggagas persoalan ke-Imanan dan pentingnya titik persamaan dalam berbagai agama yang ada di Indonesia.
Gagasan pembaharuan yang dilontarkan beliau jika dilihat kebelakang memang sangat kontroversial, misalnya ketika ia mempersoalkan pentingnya sekularisasi bagi umat Islam Indonesia.Tentunya ini sangat mengagetkan pembaharu lainya ketika sedang asyik mendorong lahirnya Masyumi, partai Islam yang digugurkan Sukarno. Gagasan sekularisasi nampaknya menjadi dasar dari segala ide pembaharuan Nurcholis Madjid. Hampir dapat dipastikan seluruh gagasanya berakar pada konsep ini. Dari sekularisasi ini muncul ide tentang bagaimana hubungan antara Islam dan poloitik,bagaimana esensi ajaran Islam, dan bagaimana mestinya umat Islam memposisikan agama lain dihadapan agama Islam. Barangkali ini yang sangat berbeda dari bentuk pembaharuan Nurcholish Madjid adalah idenya tentang pentingnya mencari titik temu antara semua agama.
Gagasan sekularisasi juga muncul dalam bidang pendidikan. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang ada dibarat selama ini harus diakui telah ditransmisikan oleh Islam. Ia selalu menggambarkan bagaimana cara orientalis sendiri seperti robert N. Bellah menggambarkan bahwa , jika tidak pernah ada umat Islam di muka bumi ini ,maka besar kemungkinan Ilmu Pengetahuan yang selama ini berkembang tidak akan pernah ada, atau kalau umat Islam konsisten dengan gaya dan perilaku leluhurnya,maka umat manusia saat ini akan lebih menikmati ilmu pengetahuan,tetapi sayang umat Islam sendiri tidak konsisten dalam memegang leluhurnya. Karena itu beliau sangat kaget ketika masih ada pemikiran bahwa belajar di dunia Barat yang Kristiani itu dilarang, padahal dalam berbagai hal Barat lebih unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibanding dengan dunia timur tengah.
Dalam sebuah ceramahnya, Ia memfokuskan pembahasannya pada apa yang disebut sebagai “ faham apologetik” khususnya konsep “Negara Islam”. Konsep tersebut malah tidak meredam masalah, justru menimbulkan polemik baru yang berkepanjangan,salahsatunya dari HM Rasjidi (HM, Rasjidi,1994 :163). Yang mengambil kesimpulan simplitis, bahwa Nurcholis telah mendakwa apologetik terhadap orang yang telah melakukan dakwah Islamiyah serta mendudukan dirinya sebagai pembaharuaan. Tetapi diskursus ini terus bergulir terutama dilingkungan HMI (KAHMI). Sehingga gagasanya itu menjadi sebuah pembaruan yang memeliki tipologi sendiri.
Diakui atau tidak ,cakrawala pemikiran beliau telah meresapi pemikiran ke Islaman di Indonesia yang dulunya diaanggap ganjil sekarang perlahan-perlahan dipakai umat Islam termasuk dalam masalah Pendidikan Islam di Indonesia. Gagasannya terus melaju bagaikan bola salju serta mendapat respon fositif dikalangan anak muda dilingkungan mahasiswa IAIN dimana ia menjadi staf pengajarnya.
Konsep-konsep yang ditelorkan beliau itu kiranya perlu diteliti dan dikaji pada masa sekarang ini. Untuk menegetahui ide –idenya yang brilian dan pengaruh pemikiranya pada masa sekarang. Kiranya itulah hal yang menarik dalam penulisan makalah ini untuk mengungkap keberadaan beliau dari sisi riwayat hidupnya, konsep-konsep pemikiranya, serta karya –karya beliau semasa hidupnya.

II.TELAAH PUSTAKA.
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia.Dengan didik manusia mampu merubah dirinya dan alam ini. Proses mendidik dan di didik tujuan akhir dari kergiatan tersebut adalah mencapai perubahan.
Menurut Hamdan Ali (1987:192) yang dimaksud perubahan disini berarti perkembangan yang diharapkan bisa mengarah kepada kebaiakan dan perbaikan.Akan tetapi perubahan itu kerap kali menimbulkan banyak sekali problematika di belakangnya.Diantara problematika yang muncul sekarang ini adalah begitu cepatnya informasi, sehingga berbagai informasi baru dan berita-berita terkini yang berada dibelahan dunia sana dengan cepat bisa diakses. Tentu dengan sangat mudahnya informasi tersebut tidak hanya banyak memberikan nilai fositif dalam dunia pendidikan tetapi juga membawa dampak negatif. Diantara dampak negatif yang timbul sekarang ini khususnya dalam dunia pendidikan terkesan bahwa pengajaran –pengajaran tersebut hanya untuk mencapai tujuan tujuan materialistik dengan mengenyampingkan aspek nilai rububiyah (ketuhanan).Termasuk kemunduran umat Islam (yang pernah mencapai jaman Keemasan), Umat islam tidak konsekwen terhadap ajarannya.Padahal Islam sendiri telah mengibarkan bendera yang tinggi ketika Islam mencapai puncaknya dalam perkembangan ilmu pengetahuan yaitu pada abad ke 6 sampai abad ke 12 masehi.
Upaya-upaya membangun kembali sains telah dicoba dimulai melalui upaya-upaya “islamisasi sains” oleh Sir Naquib All atas pada awal 1970-an, dan diwujudkan dalam sebuah institusi pendidikan, yaitu Universita Islam Internasional di Kuala Lumpur pada awal tahun 1980-an yang disponsori oleh Organisasi Konferensi Islam. Pada hakekatnya ide Islamization of knowledge ini tidak bisa dipisahkan dari pemikiran Islam di zaman modern ini. Ide tersebut telah diproklamirkan sejak tahun 1981, yang sebelumnya sempat digulirkan di Mekkah sekitar tahun 1970-an.
Ungkapan Islamisasi ilmu pengetahuan pada awalnya dicetuskan oleh Syed Muhammad Naguib Al-Atas pada tabun 1397 H/1977 M yang menurutnya adalah "desekuralisasi ilmu". Sebelumnya Al-Faruqi mengintrodisir suatu tulisan mengenai Islamisasi ilm-ilmu sosial. Meskipun demikian, gagasan ilmu keislaman telah muncul sebelumnya dalam karya-karya Sayyid Hossein Nasr. Dalam hal ini Nasr mengkritik epistemologi yang ada di Barat (sains moderen) dan menampilkan epistemologi prespektif sufi.
Menurut AI-Faruqi Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, dalam strateginya, dalam apa yang dikatakan sebagai data-datanya, dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali sehingga mengungkapkan relevensi Islam sepanjang ketiga sumbu Tauhid yaitu, kesatuan pengetahuan, hidup dan kesatuan sejarah. Hingga sejauh ini kategori-kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, ketunggalan umat manusia dan penciptaan alam semesta kepada manusia dan ketundukan manusia kepada Tuhan, harus mengganti kategori-kategori Barat dengan menentukan presepsi dan susunan realita .
Pemikiran - pemikiran yang digambarkan diatas, Nurcholish madjid merasa sangat perlu untuk dengan segera melakukan rekonstruksi pemahaman umat Islam di Indonesia, agar jangan sampai hal-hal yang bersifat propan dicampuradukan dengan hal-hal yang bersifat eskatologis. Dengan konsepnya yang monotheisme murni ia merekonstruksi sebuah pemahaman bahwa ada hal-hal yang harus diselesaikan secara duniawi tidak mesti dikaitkan dengan persoalan-persoalan yang berbau akhirat. Mengenai pandangannya tentang pentingnya melihat yang prophan itu propan, dan ukhrowi itu ukhrowi. Ia menjelaskan bahwa yang ukrowi itu sudah mutlak sedangkan yang propan itu kebenaranya relatif.
III..PEMBAHASAAN
1.Riwayat hidup dan Pendidikan Nurcholis Madjid
Nurcholis Madjid berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi memiliki sikap dan wawasan keagamaan yang kuat. Beliau dilahirkan di Mojoanyar, Jombang tanggal 17 Maret 1039. Sejak kecil ia tinggal di pesantren yang dekat dengan rumahnya. Setelah menginjak dewasa ia melanjutkan pendidikan Pesantrennya di Rejoso, Jombang, Jawa Timur. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan agamanya di Gontor. Pendidikan formal perguruan tinggi ia peroleh di IAIN Jakarta pada Fakultas adab lulus tahun 1968. Setelah lulus IAIN ia mengabdikan dirinya di Perguruan Tinggi tersebut selama sepuluh tahun.
Pada tahun 1978 ia di kirim ke Amerika serikat untuk meneruskan pendidikan Magister dan Doktor di Universitas Of Chicago yang selesai pada tahun 1984 (ahmad Tafsir,1994). Semula ia belajar di jurusan ilmu politik tetapi karena ketidakmampuanya belajar pada disiplin ilmu tersebut maka ia pindah jurusan ke sejarah peradaban Islam. Teman –teman beliau dalam menimba ilmu disana adalah M.Amin rais, Syafi’i Ma’ arif , dan Deliar Noor.
2. Pengalaman Organisasi dan karya-karyanya.
Tidak ada data yang jelas menyebutkan aktifitas Nurcholish Madjid sebelum memasuki Institut Islam Negeri (IAIN) Jakarta. Tetapi setelah Ia memasuki perguruan Tinggi tersebut namanya sangat melejit di lingkungan kampus. Tidak hanya itu beliau juga terkenal dipentas Nasional. Ia menjabat dua kali sebagai pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu tahun 1966 sampai 1969 dan pada tahun 1971. Pada Tahun tahun tersebut beliau menjadi Presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara. Selain itu juga beliau ditunjuk sebagai asisten Sekretaris Jendral Internasianal Islamic Federation Of Student Organisation (IIPSO)
Karya –karya Nurcholis Madjid cukup banyak baik dalam bentuk tulisan lepas media masa, Jurnal Ilmiah, dan bahkan yang diedit menjadi beberapa kumpulan buku. Judul buku-buku yang berhasil beliau tulis adalah sebagai berikut :
1. What Moderns in Indonesia (1979).
2. Islam in Indonesia : Challengus and Appourtunities, Islam in the contemporary world (1980).
3. Pikiran – pikiran Nurcholis Madjid Muda, Islam kerakyatan dan ke Indonesiaan (1994).
4. Islam ke Moderenan dan keIndonesiaan (1989).
5. Kontekstualisasi doktirn Islam dalam sejarah. (1992).
6. Khazanah Intelektual Islam. (1984).
7. Islam Doktrin dan Peradaban (1993).
8. Pintu – pintu menuju tuhan (1995).
9. Islam Agama kemanusiaan (1995).
10. Kaki Langit Peradaban (1997).
11. Tradisi Islam (1997).
12. Masyarakat Religius (1997).
3. Ide –ide Pemikiran Nurcholish Madjid .
A. Sekularisasi dalam bidang Agama
Kondisi umat Islam Indonesia di tahun 70 –an sangat jauh berbeda dengan masa kini. Umat Islam pada tahun-tahun tersebut sangat ekslusiv dan cenderung terperangkap kepada kungkungan adat dan tradisi yang dianggap sebuah ajaran agama. Inilah kiranya yang membuat lahirnya konsep sekularisasi menurut Nuscholis Madjid.
Umat Islam masih mencampur adukan tradisi dengan ajaran agama. Misalnya sering kali beranggapan bahwa memakai kain sarung yang sebenarnya hanya tradisi masyarakat Thailand dianggap sebagai sebuah ajaran agama Islam, atau memakai kopiah itu ajaran Islam, sehingga jika ada orang yang tidak pakai sarung tidak dianggap sebagai muslim sejati. Dalam kondisis tertentu umat Islam juga Picik menganggap umat lain adalah sebagai lawan, baik secara politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bahkan sering kali perbedaan idiologi keagamaan umat Islam mengasingkan diri dari perbenturan dengan komunitas lainnya. Padahal Islam itu adalah sikap pasrah pada tuhan dengan penuh kedamaian karena tulus dan ikhlas. Disertai perbuatan baik kepada sesama sebagai kelanjutannya adalah pangkal kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Agama atau sifat keagamaan yang benar (diterima tuhan) ialah sikap pasrah pada tuhan “ sesungguhnya agama bagi allah ialah sikap pasrah kepada-Nya ( al-Islam). (QS Al-Imran / 3 :19). Perkataan Al-Islam dalam firman ini dapat diartikan sebagai agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.Pengertian seperti ini tentu saja benar, dalam maknanya bahwa memang ajaran atau agama yang di bawa Muhammad adalah agama pasrah kepada tuhan (Islam ) for exceellence. Tetapi dapat juga diartikan secara lebih umum yaitu menurut makna asal atau generiknya “pasrah pada tuhan adalah merupakan semangat semua agama yang benar”. Inilah dasar pokok Al-qur’an yang mengatakkan bahwa semua agama yang benar adalah Islam, dalam arti semuanya mengajarkan pasrah kepada tuhan.
Dasar pemikiran yang digambarkan diatas, kiranya Nurcholish madjid merasa sangat perlu untuk dengan segera melakukan rekonstruksi pemahaman umat Islam, agar jangan sampai hal-hal yang bersifat propan dicampuradukan dengan hal-hal yang bersifat eskatologis. Dengan konsepnya yang monotheisme murni ia merekonstruksi sebuah pemahaman bahwa ada hal-hal yang harus diselesaikan secara duniawi tidak mesti dikaitkan dengan persoalan-persoalan yang berbau akhirat. Mengenai pandangannya tentang pentingnya melihat yang prophan itu propan, dan ukhrowi itu ukhrowi. Ia menjelaskan bahwa yang ukrowi itu sudah mutlak sedangkan yang propan itu kebenaranya relatif.
Nurcholis Madjid dituduh sebagai salah seorang yang telah terpengaruh pemikiranya oleh pemikiran Barat. Sebab dalam anggapan mereka sekularisasi sangat sulit dipisahkan dari sejarah kemajuan bangsa Barat. Memang betul beliau telah menjelaskan secara gamblang tentang apa yang dimaksud dengan sekularisasi dan perbedaanya dengan sekularisme. Tetapi dalam anggapan mereka sangat sulit untuk membedakan antara sekularisasi dengan sekularisme. Sekularisasi tanpa sekularisme adalah sesuatu yang mustahil.
Gugatan atas pemikiran Nurcholis Madjid yang berkenaan dengan sekularisasi menimbulkan kekhawatiran yang cukup besar, sebab jika betul sekularisasi tidak dapat dipisahkan dari sekularisme, maka hal ini akan mengikis fungsi-fungsi agama dalam berbagai segi kehidupan.

B.Sekularisasi dalam bidang pendidikan.
Gagasan sekularisasi Nurcholis madjid terrnyata merambat ke masalah pendidikan.Tetapi tampaknya apa yang disebut dengan sekularisasi dalam bidang pendidikan menurut beliau tidak lebih dari reaktualisasi sejarah peradaban umat islam yang pernah mengalami supremasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban di Cordova dan Mesir pada abad ke 8 sampai dengan 13 M.
Pemikiran reaktualisasi ini dapat di ketahui dalam berbagai pendapatnya. Ia selalu menekankan dan mencontohkan bahwa umat Islam Klasik ada peradaban lain. Selain itu perkembangan Ilmu Pengetahuan yang ada di Barat selama ini harus diakui telah ditransmisikan oleh Islam.Ia selalu menggambarkan bagaimana para orientalis sendiri seperti Robert N Bellah menggambarkan bahwa jika tidak pernah ada umat Islam di muka bumi ini ,maka besar kemungkinan ilmu pengetahuan yang selama ini berkembang tidak akan pernah ada atau kalau uamt Islam konsisten dengan gaya perilakuleluhurnya maka umat Islam saat ini akan lebih menikmati ilmu pengetahuan, tetapi sayang umat Islam sendiri tidak konsisten dalam memegang leluhurnya seperti yang dungkapkan oleh Robert N Bellah,1993. Karena itu Nurcholish Madjid sangat kaget ketika masih ada pemikiran bahwa belajar di dunia barat yang keristiani itu dilarang padahal dalam berbagai hal barat lebih unggul dari timur Tengah.
Kekagetan Nurcholish Madjid ini nampaknya yang mendorong suatu pemikiran bahwa, perlu diadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan termasuk dalam masalah dunia. karena itu secara metodologis tidak menjadi persoalan apakah dari Barat atau Timur. Dunia Islam saat ini menjadi tertinggal dibandingkan dengan negara lain, baik oleh Barat yang Kristen ,Israil dan Amerika, Yahudi, Cina, dan Korea Selatan yang menganut Konfusionisme. Jepang yang menganut Budhis – Taosme bahkan oleh India pun yang menganut hindu budha dan Islam pada umumnya jauh tertinggal, praktis tidak ada satupun agama yang besar didunia ini yang lebih rendah Ilmu Pengetahauan dan peradabanya dari dunia Islam. Dalam konteks ini termasuk juga Indonesia, padahal seharusnya kondisi ini tidak seharusnya terjadi kalau saja umat Islam mampu menangkap kembali ajaranya yang lebih dinamis sekaligus lebih otentik.
Nurcholisah madjid menganggap bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan bagian organik peradaban Islam klasik ,sekalipun memang belum mencapai kecangihan seperti yang terjadi di abad modern, namun etos dan semangatnya adalah sama, dan sangat jelas dapat dilihat dari persambungannya dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern.
Dalam kondisi umat Islam yang tertinggal jauh dengan Barat itu, menurut beliau sangat ironis lagi terjadi pada dunia islam khususnya negara Indonesia terjadi kesenjangan intelektual dan kultural. Indonesia secara intelektual dan kultural tertinggal dengan dunia Islam lainya, dibanding dengan dunia Islam Timur tengah. Beliau memahami betul keterbelakangan tersebut dikarenakan Islam masuk ke Indonesia agak sedikit terlambat. Sehingga secara kultural dan ilmu pengetahuan mereka tertinggal. Selain itu Islam masuk ke Indonesia tidak secara langsung oleh bangsa Arab.
Cara ajaran Islam disebarkan di Nusantara pun memiliki cara tersendiri. Islam lebih ditransmisikan dengan pendekatan kebudayaan setempat, bahkan segera metodologis Islam dikerjakan dengan metode yang sudah ada di Nusantara. Seperti melalui penayangan wayang dalam bentuk kolosal, atau mengunakan pendekatan pendidikan pesantren yang sekarang tumbuh di Indonesia, sehingga yang terjadi , umat Islam di saaat beliau mengeluarkan pendapatnya ini menganggap bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam. Padahal seperti yang di ungkapkan oleh Martin Van B. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang secara metodologis persis sama sengan pendidikan yang diselenggarakan oleh Hindu dan Budha dalam mengajarakan ajaran agamanya. Dan yang sebenarnya menurut beliau sistem pendididkan formal-lah yang berasal dari Islam yang diadopsi oleh orang Barat. Karena itu sangat wajar jika beliau memandang perlu adanya reaktualisasi doktrin dan sejarah Peradaban Islam.
Sejarah mencatat bahwa, umat Islam lah yang pertama kali menginternasionalkan Ilmu Pengetahuan. Jika sebelumnya Ilmu Pengetahuan hanya merupakan kekayaan Nasional bangsa tertentu seperti Yunani, Persia dan China, Maka sejak Islam dan peradaban Islam, Ilmu menjadi tumbuh kekayaan bersama umat manusia.
Dalam analisa penulis beliau sangat sadar kalau umat Islam pernah mengalami supremasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban , karena itu sangat kaget dan sekaligus opsesip untuk mebangkitkan kejayaan umat Islam dengan cara pembaharuan dalam bidang metodologi pendidikan pesantren. Pesantren menggunakan ketentuan kharismatik guru, sehiga terkesan santri terkungkung oleh sistem. Kondisi ini terjadi dilembaga pendididkan Islam di Indonesia.
Ia menganjurkan siswa jangan hanya diciptakan menjadi anak yang patuh, tunduk dan taat, tetapi harus dicari formulasi apa yang dapat di gunakan sehingga siswa atau anak dididik menjadi kritis. Lebih lanjut konkritnya lagi, Ia mengaharapkan Institut agama Islam Negeri (IAIN) sebagai suatu lembaga yang “ memproduksi calon ulama “ agar mendidik mahasiswanya yang kritis.
Nurcholish Madjid bercita-cita ingn menciptakan masyarakat Islam yang terbuka, Ia selalau menyatakan, mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru, yang lebih baik adalah sebuah grands concept yang harus dimiliki umat Islam. Karena itu, belajar kebarat dan atau mengambil metodologi barat tidak secara otomatis dikatakan salah. khususnya apa yang dikatakan pendidikan Islam merupakan usaha sadar dalam rangka mengupayakan manusia anak didik menjadi manusia dewasa yang bertanggunga jawab serta mampu merepleksikan diri sebagai Kholifatuullah.
C.Kalimatun Sawa.
Nurcholis Madjid selain merefleksikan pemikiranya tentang sekularisasi, ia juga telah merefleksikan pemikiranya tentang pentingnya mencari titik temu antar berbagai agama samawi khususnya dan semua agama yang ada di Indonesia pada umumnya. Ia membawa pendekatanya ini pada filsafat perenial yang salah satunya berusaha menelusuri akar-akar kesadaran religiusitas seseorang atau kelompok melalui simbol, ritus –ritus serta pengalaman keberagamaan, atau lebih tepatnya mencari transendental.
Beliau menggambarkan bahwa bertauhid merupakan pembawaan yang bersifat alamiah atau naluri kesucian manusia sejalan dengan fitrahnya dari Allah. Manusia menurutnya memiliki ikatan Penyajian primordial bahwa mereka akan menyembah tuhan saja dan tidak tunduk kepada dorongan kejahatan,dengan kata lain dengan bertauhid manusia akan bertindak sejalan dengan tuntutan kesuciannya yaitu menjadi dirinya sebagai hamba Allah yang hanya menyembah satu Allah, termanifestasi dalam bentuk kalimah Thoyyibah, .
Pandangan beliau ini didasarkan kepada pemahaman bahwa : “manusia mempunyai akar-akarnya dalam setiap segi ajaran agama. Islam sendiri adalah agama kemanusiaan yang universal, dalam arti bahwa ajaran-ajaranya akan senantiasa sama dengan fitrah umat manusia”. Perbedaan ritus keagamaan atau simbol-simbol keagamaan merupakan fitrah Tuhan yang ferenial (abadi), karena itu manusia akan tetap selalu berbeda sepanjang sejarah kemanusiaan, semata-mata tidak dapat dibayangkan bahwa umat manusia satu sepanjang masa. Jika perbedaan –perbedaan antar agama telah memperbesar klaim kemutlakan kebenaran ,maka apakah pencarian titik temu antar berbagai agama khususnya yang menyangkut masalah lahiriyah tidak dibenarkan ?, nampaknya atas dasar persamaaanlah kehidupan yang bersifat toleransi dapat diwujudkan.
Islam bukanlah agama formal belaka,bahkan dalam pengertian tertentu Islam dapat diartikan secara universal sebagai bentuk kepasrahan kepada peraturan dan hukum-hukum tuhan. Pemahaman konsep ini akan membuka rasa saling menghormati pandangan yang berbeda, tidak hanya dalam pandangan relatifisme internal dikalangan umat Isla tetapi juga harus dikembangkan sikap saling menghargai antar sesama umat manusia yang berbeda idieologi dan sistem keagamaan atau dengan kata lain menghormati keyakinan yang dianggap final oleh uma yang lain. Kitab suci umat Islam sebenarnya hanya mengajarkan bagaimana hubungan seseorang dengan tuhan tetapi juga bagaimana hubungan dengan manusia yang lain. Kerangka dasar yang ada dalam Al-Qur’an seperti ini membawa maksud agar tercipta satu hubungan yang baik dan harmonis diantara sesama umat manusia. Dalam Islam sebenarnya konsep ini sudah dikenal luas, tetapi nampaknya Nurcholish Madjid ingin kebali menegaskan bahwa Islam mempunyai ajaran kemanusiaan yang luas dan ini harus disosialisasikan.
Dalam pandangan Nurcholish Madjid semua agama benar yang dibawa oleh para nabi dan rosul. Khususnya lagi yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan keturunanya mengajak umat manusia untuk mau berserah diri dengan sepenuh hati, tulus dan damai (bertaslim) kepada tuhan. Dia berani mengungkapkan kalimat bahwa Tidak ada tuhan selain tuhan itu sendiri, karena jika diartikan dengan tiadak tuhan selain Allah, seolah-olah ada pengakuan bahwa selain Allah ada lagi tuhan- tuhan yang lain, atau dilangit sana terdapat tuhan tuhan yang merebut kekuasaanya.Ia memeberikan konsep yang baru dalam menajiln hubungan seorang yang beriman dengan manusia yang lainya dengan membawa konsep perlunya mencari titik persamaan antara berbagai agama yang dikenal dengan “Kalimatun sawa”. Ia tidak mengharapkan perbedaan ekspresi keagamaan hubungan sesama manusia dimuka bumi ini menjadi retak dan sumber perpecahan.Dalam konsep tauhidnya benar menurut seseorang itu kebenaran realtif, kebenaran mutlak hanya milik yang maha kuasa yaitu Dzat Tuhan. Seseorang tidak dapat mengklaim bahwa apa yang menjadi pegangan orang lain salah. Karena kebenaran manusia adalah kebenaran relatif, bahkan juka ada yang mengklaim kebenaran mutlak selain kebenaran mutlak menurut tuhan ia telah terjerumus pada konsep politheis.
Pandangan yang dilontarkan beliau baru sebatas pada landasan Filosofis dan empiris. Namun sebenarnya selain landasan tadi ia juga memberi landasan Al-qur’an dan Al-hdits. Ia mengatakan bahwa iman merupakan tata nilai yang paling azasi ,paling mendasar yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran hidup yang berasal dari tuhan dan menuju tuhan. Karena ketuhanan yang maha Esa adalah inti semua agama yang benar setiap pengelompokan (umat) manusia telah pernah mendapatkan ajaran tentang Ketuhanana Yang Maha Esa melalui para Rosul yang dipilih tuhan, karena itu sangatlah wajar jika dalam setiap agama manusia terdapa titik pertemuan (kalimatun Sawa) dan dalam Islam diperintahkan untuk mengembangkanya sebagai landasan hidup bersama.Menurutnya juga bahwa setiap manusia ( umat ) telah didatangi pengajaran kebenaran yaitu utusan atau rosul tuhan antara lain disebutkan dalam alqur’an (QS an-Nahl 16 :36, Al-ra’d 13 :7, Fatir 35 :24). Karena landasan seperti itu pencairan titik temu antar agama perlu dicairkan. Sebenarnya Kalimatun sawa yang berarti kalimat, ide atau prinsip yang sama yakni ajaran bersama yang menjadi “common Flatform” antar berbagai kelompok manusia. Allah juga memerintahkan kepada rasulnya Muhammad untuk mengajak komunitas keagamaan yang lain hususnya penganut kitab suci al Kitab (nasrani) untu bersatu mencari titik temu. (QS. Ali Imran 3 :64).

IV. ANALISA
Ide Pembaharuan Nurcholis Madjid ternyata banyak mendapat respon dari intelektual lainya, baik yang pro maupun yang kontra. Pada bagian ini penulis akan mencoba menganalisa gagasan beliau dan mencoba menampilkan paparan kaum intelektual lainya dalam mersepon gagasan Nurcholisah Madjid.
Ide-ide beliau tentang sekularisasi dalam bidang agama,sekularisasi dalam bidang Pendidikan dan gagasanya tentang kalimatun sawa adalah sebuah gagasan yang perlu diperhatikan pada masa-masa sekarang ini.Karena dirasakan seolah olah umat Islam merasa sudah cukup dengan pemahaman tentang keislamannya dan ide yang bersumber dari Barat tersebut walaupun nota bene non muslim patut kiranya untuk dipertimbangkan ,karena gagasan itu sedikit akan membuat umat islam berfikir lebih maju.Sekarang ini dirasakan umat Islam ketinggalan dari sisi Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi. Tidak dikatakan salah,atau bertentangan dengan islam ketika umat islam merujuk kepada Barat dalam iptek tersebut .Diakui atau tidak Barat sekarang lebih unggul dari orang-orang timur tengah (masyarakat muslim) dari sisi Pengetahuan dan Teknologi.
Gagasan beliau tentang sekularisasai tersebut ternyata banyak yang memeberikan respon diantaranya Amin Rais mencoba memeberikan gambaran tentang sekularisasi yang dilontarkan Nurcholish madjid.Amin berpendapat bahwa segala bentuk aktifitas kemanusiaan harus didasarkan pada konsep tauhid yang benar.Amin Menolak seluruh pertentangan atau pemisahan dunia dan akhirat,tidak dapat dipisahkan antara yang pro dan yang sakral,imanen dan transenden,antara jiwa dan raga,antara agama dan negara. Dengan konsepnya seolah –olah menolak tentang gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid. Dalam Islam tidak dikenal berfikir kategoris,seluruh dimensi kehidupan mesti bertumpuh pada tauhid sebagai esensi dari ajaran Islam. (Amin rais,1993 :42).
Respon yang keras juga datang dari Ridwan Saidi, politisi yang prenah dijuluki kutu loncat menyerang gagasan Nurcholisah Madjid dan konsepnya tentang Kakimatun Sawa. Tetapi banyak pengamat yang meragukan ketulusan kriktiknya,karena antara keduanya pernah terjadi konplik pribadi tentang jabatan PB HMI. HM Rsyidy memncoba memahami pengertian sekularisasi dlama pendekatan sosiologis.Ia menyarankan sebaiknya kata-kata tersebut tidak usah dikatakan ,masih banyak kata-kata lain yang maknanya akan mengarah pada maksud yang disampaikan. Bahasa sekularisasi itu sudah menjadi bahasa barat yang bertendensi dan bermakana negatif.
Gugatan terhadap Nurcholisah Madjid sekalipun cukup santer dan banyak mendapat sorotan , gagasanya terus melaaju bagaikan bola salju. Gagasan itu terutama direspon oleh kalangan akademisi terutama mahsiswa IAIN dimana ia menjadi staf pengajarnya. Juga didukung oleh media masa dan elektronik yang sangat respek terhadap gagasanya itu (majalah Tempo). Dengan berbagai macam kritikan yang dilontarkan kepada beliau tidaklah membuatnya menjadi fesimis tetatapi justru beliau berkata “ Saya besar karena kritikan dan ekspos media massa,tanpa itu semua tidak mungkin saya bisa seperti sekarang ini.

V. KESIMPULAN
Nurcholis Madjid adalah pemikir muslim Indonesia kontemporer yang cukup menarik. Ia telah memberikan warna keislaman yang cukup elastis> Dalam bahasa lain ia adalah penerjemah ajaran Islam untuk kalangan menengah kea atas . sehingga dikalangan ini pemikiran beliau mendapat tempat. Ia mampu menerjemahkan ajaran Islam yang damai dan hanif, Ia menawarkan Islam sebagai agama yang membawa kedamaiaan bagi komunitas lainya.
Diakui atau tidak Cakrawala pemikiran beliau meresapi pemikiran keislaman di Indonesia, bahkan pemikiranya yang dulu dianggap ganjil perlahan –lahan dipakai umat Islam baik dalam kaitanya dengan politik Islam Indonesia atau tatanan kemasyarakatan.
Pemikiran Nurcholish madjid meskipun secara metodologis dipandang lemah terutama untuk kalangan bawah tetapi pada waktunya nanti akan menjadi rujukan bagi mereka dalam berfikir khususnya membangun Indonesia yang Multi Kompleks baik secara budaya,agama,bahasa dan adat istiadat.Termasuk juga pendapatnya tentang perlunya sekularisasi pendidikan Islam Indonesia.



VI. DAPTAR PUSTAKA
Fardoyo, Sekularisasi dalam Polemik,Temprint,Jakarta,1993.
M Syafi’i Anwar,Pemikiran dan Aksi Islam di Indonesia,Paramadina, Jakarta,155,h.5.
Madjid Nurcholish, Pintu-pintu menuju Tuhan, Paramadina, 1990 h.21
_______________ , Tradisi Islam,Paramadina,Jakarta, 1997,h.241.
Al-faruqi, Ismail Raji_1983. Hakekat Hijrah Strategi Dakwah Islam membangun tatanan duniaBaru. Terjemahan oleh Badri Saleh dari The Hijraj: The necessyty of isiqomat or vergegenwartigung. Mizan. Bandung.
__________and Lamya Al-Faruqi, 1986. The Cultural Atlas of Islam.
__________and Absullah Omar. 1981. Social and Natural Sciencis; the Islamic
Perspective. Hodder and Stonghton King Abdullah Aziz University Press.
Ahmed, Akbar S. 1993. Posmodernisme Bahaya dan Harapan bagi Islam. Bandung:
Milan
_________1988. Citra Islam, Terjemahan oleh Nunding dan Ramli yakkub dari
Discovering Islam, making Sence of Muslim History and Society. Surabaya:
Gelora Aksara Pratama.
Abdullah, Amin.1995. Filsafat Kalam di Era Post Modernisasi .Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Khalil Imanuddin. 1994. Pengantar Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Sejarah.
Jakarta Media Dakwah.

Jumat, 21 Mei 2010

SUMBER ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF TIMUR

SUMBER ILMU PENGETAHUAN
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT TIMUR

Makalah ini diajukan sebagai tugas pada
mata kuliah : Filsafat Ilmu dan Metode Berpikir

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Cecep Sumarna, M.Ag.








Disusun oleh:

ABDUL KHOLIK
NIM 505920035



KONSENTRASI : PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (PPI) SEMESTER-1

PROGAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2010

A.PENDAHULUAN
Perbedaan paradigma pengetahuan mangakibatkan orientasi keilmuan yang berbeda, juga akan menghasilkan produk pemikiran dan teknologi yang berbeda pula. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sesuatu yang material hanya memperoleh sebatas dimensi material. Analisa beberapa agamawan mengatakan keilmuan Barat yang positivistic-materialistik itu kering-bebas nilai (value free).
Memang tidak disangsikan teknologi sebagai hasil ilmu pengetahuan telah meningkatkan produktifitas dan menghapuskan rintangan ruang dan waktu. Ilmu pengetahuan mampu mengungkap rahasia tentang alam, benda-benda, termasuk usaha mencari kausalitasnya. Tetapi di saat yang bersamaan teknologi menyebabkan pemusatan kekuasaan yang sangat besar dan dehumanisasi.1
Persoalan kemanusiaan tidak bisa hanya didekati dengan kajian yang materilistik semata karena manusia memilik dua sisi, pertama adalah sisi material yang terjelma dalam komposisi organ tubuhnya dan kedua adalah sisi spiritual atau nonmaterial yang merupakan wilayah aktivitas pemikiran dan mental. Manakala satu sisi terabaikan maka terjadi ketidakseimbangan. Bila sisi material-empiris mendominasi maka ada sisi yang “terkosongkan”. Konon, modernisasi sebagai akibat dari positivisme yang materialistik telah mendominasi pemikiran dunia. Sehingga muncul persoalan-persoalan baru yang berkaitan dengan dimensi “immaterial”. Disamping itu muncul juga persoalan yang berdampak pada lingkungan, sosiologis, psikologis dan sistem nilai.
Tidak hanya itu medernisasi sebagai dampak positif dari science melahirkan “adzab modernisasi”, manusia merasa asing, hampa, kering, sunyi dalam keramaian, dari hiruk pikuk kehidupan.
Bahkan dalam kajian Cecep Sumarna dalam “Melacak Jejak Filsafat” disamping telah melahirkan beberapa keunggulan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka muncul paham-paham yang dianggap memiliki resiko dalam system (system nilai dan etika) kehidupan yaitu paham relativisme, hedonisme, Skeptikisme, Materialisme dan atheisme.
Pendekatan agama (orientasi Theocentris) dasarnya sudah berjalan semenjak manusia diciptakan. Memang ada sejarah kelam bila mengkaji hubungan antara para “pemuka agama” dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemunduran dunia timur – Islam dianalisis karena munculnya kejumudan, fanatisme madzhab dan berpusatnya kekuasaan “Central Power” dengan berbagai pola dan gaya hidupnya. Apalagi bila mengkaji hubungan agama dan filsafat, ada konfilk yang runcing antara agamawan dengan ilmuwan. Pada akhirnya pentas dunia didominasi oleh peran ilmu pengetahuan- scientific yang rasioanalis-empiris. Lahir konsep pemisahan antara science dan agama , dikotomi antara ilmu agama dan ilmu dunia.
Dari latarbelakang di atas berarti harus ada pendekatan lain mengenai persoalan ilmu pengetahuan. Ketika “alam ide” ( rasionalitas ) dan empiris-realis sebagai sumber ilmu pengetahuan saja untuk menjawab “kebutuhan manusia”, maka muncul pendekatan yanga lain yaitu pendekatan relegius terhadap persoalan ilmu pengetahuan.




















B.PEMBAHASAN
Sebagaimana disiplin ilmu yang akan menjadi fokus kajian yang dikaitkan dengan penelitian yang akan dijadikan sebuah disertasi maka perlu mengetahui kajian dalam dunia filsafat ilmu sebagai pisau analisisnya yang terdiri dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Dimana ketiga hal tersebut saling memiliki keterkaitan dan keterikatan dan keterbatasan. Fungsi dan tugas pokok filsafat ilmu antara lain adalah mengembangkan ilmu, memberikan landasan filosofik untuk memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu maupun membekali kemampuan membangun teori ilmiah. Subtansi kajian filsafat ilmu adalah antara lain mengenai kenyataan, kebenaran, tingkat kepastian atau konfirmasi, dan logika inferensi. Ontologi adalah objek apa yang dikaji sebagai akar ilmu, Epistimologi bagaimana cara mengkaji objek tersebut sebagai pondasi keilmuan dalam mencari kebenaran objek dari suatu disiplin ilmu (bagaimana cara memperoleh ilmu) yang akan melahirkan metodologi penelitian, dan Aksiologi bagaimana menggunakan hasil kajian tersebut.
Untuk lebih memahami darimana sumber ilmu pengetahuan itu diperoleh maka kita perlu memahami pengertian ontologi, epistimologi, dan aksiologi. ketiga hal tersebut pengertianya adalah sebagai berikut:
1. Ontologi
Ontologi dalam bahasa Latin adalah ontologia, artinya sesuatu yang betul-betul ada. Dalam bahasa Yunani ont, ontos, artinya ada, atau keberadaan, logos artinya studi atau ilmu tentang. Menjadi ontologos, artinya kajian tentang hakikat yang ada, atau teori ilmu pengetahuan yang mengungkapkan tentang hakikat segala sesuatu yang ada.
2. Epistimologi
Epistimologi pada intinya membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Berasal dari kata Yunani yaitu episteme, artinya pengetahuan atau ilmu pengetahuan, dan logos artinya juga pengetahuan atau informasi. Jadi dapat dikatakan epistimologi artinya pengetahuan tentang pengetahuan. Ataudakalanya disebut “teori pengetahuan”, dan adakalanya disebut filsafat pengetahuan (Loren Bagus, 1996: 212).
3. Aksiologi
Louis O. Kattsoff (1992: 327) mendefinisian aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakikat segala sesuatu. Di dunia ini terdapat banyak pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah nilai yang khusus, seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi. Estetika berhubungan dengan masalah keindahan, etika berhubungan dengan masalah kebaikan, dan epistimologi berhubungan dengan masalah kebenaran. Aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud dari analisis tersebut adalah membatasi arti, ciri-ciri, asal, tipe, kriteria, dan status epistimologi dari nilai-nilai itu (Kamus Filsafat Tim Penulis Rosda, 1995: 30). Atau aksiologi berarti kajian terori umum yang menyangkut dengan nilai, atau suatu kajian yang menyangkut segala sesuatu yang bernilai (Bagus, 1996: 33).
Sumber Ilmu Pengetahuan dalam persfektif timur
Pengetahuan Dalam Presfektif Masyarakat Relegius bahwa Ilmu pengetahun berasal dari Allah melalui panca indera (empiris) dan akal (rasionalis). Ia diperoleh dari “berita Agung ” yang benar, absolute, dari sumber otoritas tertinggi dan intiusi yang terformulasi dalam wahyu, sabda/hadits, akal dan pengalaman-pengalaman intuisi.
Masyarakat relegius mengkombinasikan metodologi rasionalisme dan empirisme dengan tambahan wahyu. Pemahaman keilmuan dari sisi masyarakat religius tidak mesti rasional dan empiris tetapi ada sisi-sisi realitas metafisis. Hal ini disebabkan karena sumber ilmu pengetahuan yang berbeda. Kaum rasionalis bersumber dari akal dan ide dalam membahas ilmu pengetahuan. Kaum empirisme bersumber pada pengalaman empiris-realistis sedangkan kaum relegius menambahkan bahwa sumber ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari wahyu dan intuisi (Ilham, firasat dan wangsit ).
Dari perbedaan sumber ilmu pengatahuan ini pun akhirnya akan memperoleh produk pemikiran yang berbeda. Bila ilmu pengetahuan positivisme harus sistematis dan terukur berdasarkan empiris dan rasional, tetapi kebenaran intuisi “wahyu” tidak harus dibuktikan dengan realitas empiris. Kebenaran pengetahuan yang bersifat intuisi “boleh” dibuktikan dengan metodologi “iman”.
Sebenarnya “Wahyu dan Intuisi” bisa dibuktikan dengan rasionalitas dan empiris namun karena keterbatasan akal pikiran manusia, kadang-kadang kebenaran itu muncul setelah melampaui ruang dan waktu. Karena orang agamawan melihat bahwa kebenaran itu ada yang bersifat fisik material dan psikis-spritual .Mungkin pada saat ini belum diketemukan sisi-sisi kebenaran dokrin agama karena ” akalnya belum taslim” namun pada saat yang akan datang dengan sarana ilmu pengetahuan, kebenaran itu terkorelasi dengan konsep-konsep relegius yang tertulis dalam kitab suci. Kitab suci yang bertahan dan keorsinilannya bisa dipertanggungjawabkan manakala bersesuaian dengan penemuan-penemuan ilmiyah oleh para saintifik modern.
Bagi agamawan (semua agama samawi) ada tiga hal yang sangat fundamental dalam kehidupan beragama.Pertama siapakah yang menciptakan (percaya pada Tuhan). Kedua tujuan akhir kehidupan manusia kemana (orientasi akherat). Ketiga darimana mendapatkan informasi, mencari petunjuk tersebut tentang Tuhan ( percaya pada nabi dan rasul)
Masyarakat relegius memandang ilmu pengetahun dan agama merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Walaupun di sisi lain seolah dipaksakan sebagai dogma atau dokrin namun keyakinan membawa kaum beragama dianggap sebagai suatu kebenaran pengetahuan. Berbeda dengan atheis (materialis-sekuler) yang menggap pengetahuan ilmiyah merupakan suatu hal dan kepercayaan-kepercayaan agama merupakan hal lain. Orang atheis menyebutkan hal-hal yang bersifat supranatural akan tampak sebagai sebagai satu anakronisme .
Cara memperoleh ilmu pengetahuan dalam prespektif agamawan yaitu berasal dari wahyu-intuisi melalui proses kerja panca indera dan akal, atau sebaliknya melalui penemuan-penemuan empiris-rasional lalu dipadukan, diklarifikasikan dengan wahyu sebagai sumber pengetahuan tertinggi. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi menjadi perantara dan merupakan dasar penyusunan pengetahuan ini. Sehingga tolak ukur dari pengetahuan dalam pandangan relegius adalah “believe or not believe”. Dengan demikian pandangan relegius dimulai dari rasa percaya kemudian melalui proses pengkajian keilmuan pada akhirnya akan menemukan pengetahuan yang semakin percaya atau semakin menurun. Berbeda dengan kajian ilmu sains yang berawal dari ketidakpercayaan, keraguan dan kekosongan setelah melalui proses kajian ilmiyah baru bisa diyakinkan atau tetap berada dalam pendirian semula.
Pengetahuan (persepsi) itu secara garis besat terbagi menjadi dua yaitu “konsepsi” (at-tashawwur) atau pengetahuan yang sangat sederhana, pengetahuan yang tanpa penilaian, penangkapan sesuatu tanpa menilai obyek tersebut dan kedua “tashdiq” (assent atau pembenaran) yaitu pengetahuan yang mengandung suatu penilaian dan penjelasan).18 Bagi kaum teologis manusia memiliki dua sisi, pertama sisi material yang terjelma dalam komposisi organiknya. Kedua adalah sisi spritual atau nonmateri yang merupakan pentas aktivitas akal dan mental. Dua sisi ini saling mempengaruhi termasuk didalamnya juga mengenai persoalan pengetahaun. Materi dan spritual tidak ada jurang pemisah yang selama ini digaungkan oleh kaum meterialis tetapi keduanya memiliki hubungan. Meskipun nonmaterial, ia memiliki hubungan material.
Sejarah pemikiran Islam mencatat terdapat tiga cara memperoleh ilmu pengetahuan, pertama metode bayani, yaitu cara memperoleh pengetahuan terhadap bathin teks baik Al-Qur’an maupun hadits. Metode ini lebih mementingkan otoritas teks sedangkan fungsi akal adalah sebagai pengawal terhadap pemahaman yang eksoterik.Kedua metode irfani, yaitu model berfikir berdasarkan pengalaman langsung terhadap realitas spiritual. Irfan diperoleh melalui penyingkapan sinar hakekat (Kasyaf) setelah melalui berbagai riyadloh yang dilakukan atas dasar cinta. Ketiga metode burhani, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada kekuatan rasio-akal dengan menggunakan dalil-dalil logika .
Dalam presfektif Al-Qur’an telah dijelaskan mengenai dua pendekatan ilmu pengetahuan-sciance, yaitu pendekatan dzikir (wahyu-intuisi). pendekatan Fikir (rasional-empiris) yang mengamati ayat kauniyah. Kedua pendekatan ini dapat dilhat dengan jelas dalam surat Ali Imron 190-191
       •                         • 
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Ulil albab (orang yang memiliki akal pikiran, intelektual,ilmuwan) adalah mereka yang menggunakan dan memadukan potensi dzikir (konteks wahyu-intuisi) dan potensi fikir (konteks rasio-realis). Bila manusia terjebak dalam penggunaan rasio-logis dalam memahami ayat-ayat Allah yang “kauniyah” maka muncul kecenderungan materialis-atheis. Sebaliknya jika terjebak hanya berkutat pada aktivitas dzikir maka akan menjadi panthaiesme yang skeptis.
Ilmu segala sesuatu itu berasal dari Allah yang mengejawantah (profan) ke dalam ayat Kauniyah dan Al-Quraniyah, ayat yang tersirat dan ayat yang tersurat. Ayat kauniyah (cosmos) berupa realitas empiris. Ayat Al-Quraniyah lebih menekankan metode bayani dibarengi dengan irfani dan burhani. Tetapi bisa juga menggunakan metode positivistik untuk memahami kandungan “kitab suci” yang sacral namun harus diiringi dengan rasa keberagamaan sehingga mempertebal keimanan.
Nabi menangis ketika menerima surat Ali Imron ayat 190-191 ini. Sampai-sampai Bilal bertanya : mengapa Engkau menangis ya Rasulullah?, bukankah segala dosa Engkau yang lalu dan yang akan datang telah diampuni?. Nabi menjawab apakah Aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur (عبد ا شكو را (Aku menangis karena khawatir pada umatku yang membaca ayat ini tetapi tidak pernah memikirkan isi kandungannya dan mengerjakan yang tersirat padanya.
Betapa pentingnya mempelajari, menggali, mengeksplorasi ayat-ayat Tuhan baik yang berdimensi aqliyah berupa alam raya maupun yang berdimensi naqliyah wahyu-kitab suci. Pengungkapan rahasia-rahasia alam bagi manusia relegius mempunyai “nilai ibadah” Sehingga ucapan terahkir manusia beragama adalah : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali Imron ayat 191 ).
Masyarakat relegius, agamawan atau mistikiawan memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang kehidupan yang sangat fundamental di samping persoalan hubungan antara manusia dengan Tuhan (vertical). Oleh karena itu ilmu pengetahuan-science tidak bisa dipisahkan dari agama. Ilmu pengetahuan bersumber dari “Sang Causa Prima” demikian juga agama muaranya akan kepada “Sang Pencipta”atau akan menuju ma’rifatullah, pengetahuan hakiki tentang Tuhan.
Pemisahan agama dengan ilmu pengatahuan menyebabkan ilmu dan teknologi kering akan nilai (value free). Sedangkan memisahkan agama dari ilmu pengetahuan akan menemukan agama sebatas coretan-coretan, teks-teks dan nash-nas yang tidak berdimensi “kemaslahatan”. Ilmu pengetahuan yang tidak dibarengi nilai-nilai moral-agama melahirkan ilmu yang materialistic bahkan ateis. Ini terbukti dengan perkembangan science dan teknologi abad ini yang berdampak pada “dehumanisasi” menjauhkan manusia dari unsur kemanusiaannya, disharmoni, disfungsi, disalokasi, krisis global dan krisis multidimensional. Di sisi lain manakala kecenderungan manusia hanya pada norma agama tanpa mempedulikan saintifik maka akan terjerumus pada sikap “pantheisme”, dunia bagaikan selebar sajadah.
Ilmu pengetahuan bersumber dari Tuhan (Theocentris), dikaji melalui panca indra dan akal. Fikir dan dzikir merupakan keniscayaan dalam memperoleh ilmu pengetahaun. Pengkajian ayat Tuhan baik kitab suci (sacral-transenden) maupun alam semesta (kauniyah-cosmos) dipadukan dengan metodologi yang rasionalis-empiris dan teologis-spritualis. Sehingga pencarian dan penemuannya lebih komprehensif dan menyentuh kebutuhan manusia yang material dan immaterial, terpenuhinya kebutuhan fisik-material dan psikis-spritual

Sumber Ilmu Pengetahuan menurut Saintis Islam
Alam ini merupakan sumber pengetahuan yang terbuka luas bagi setiap manusia. Alam yang memiliki hukum yang pasti dan konstan akan membentuk pengetahuan manusia. Karena hukum alam itulah manusia secara bertahap dapat mengendalikan alam dan mengadakan pengembangan melalui eksperimen dan riset secara berulang. Berbagai persoalan yang berkaitan dengan struktur, kondisi dan kualitas alam, secara bertahap dapat dikuasai dan diatasi manusia .
Hukum alam dan Al-Qur’an bersumber dari sumber yang sama, yakni Allah SWT. Oleh karena itu, alam mempunyai kaitan erat dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Di antara kaitan tersebut, Al-Qur’an memberikan informasi tentang keadaan alam pada masa yang akan datang, yang belum bisa diramalkan oleh ilmu pengetahuan. Al-Qur’an juga memberikan informasi peristiwa masa lampau yang hanya diketahui oleh kalangan yang sangat terbatas. Terkadang Al-Qur’an mempertegas penemuan para ahli dan terkadang memberi isyarat untuk dilakukan penyelidikan secara akurat, Al-Qur-an juga memberikan motivasi kepada para ilmuan untuk melakukan kajian atau pembahasan suatu persoalan dan memerintahkan agar mendiamkannya (tawakuf) serta menyerahkan segala urusanya kepada Allah SWT. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kajian dan penelitian terhadap alam ini pada akhirnya akan menunjukkan kebesaran akan menunjukkan kebesaran Yang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dalam surat Ali’Imran ayat 190 dan 191 yang tertulis diatas tadi.
Di kalangan ilmuan muslim, banyak sekali penemuan ilmuan yang orisinal (sebagai hasil eksperimen, observasi, atau penelitian) yang terus dikembangkan dan menjadi milik dunia ilmu pengetahuan modern, termasuk yang kemudian dikembangkan oleh para ilmuan barat. Para ilmuan muslim, terutama yang muncul pada masa keemasan islam (abad ke 7-13) banyak memberi kontribusi pada perkembangan sains modern, seperti bidang kimia, optika, matematika, kedokteran, fisika, astronomi, geografi, sejarah dan ilmu-ilmu lainnya.
Muhammad Thalhah Hasan mengatakan, bahwa sumber ilmu pengetahuan itu adalah Allah, yang berbeda adalah proses dan cara Allah memberikan dan mengenalkan ilmu-ilmu tersebut kepada manusia dan mahluk-mahluk lainnya. Ada diantara ilmu-ilmu tersebut diberikan melalui insting, ada diantaranya yang diberikan melalui panca indera, ada lagi yang diperoleh melalui nalar (akal), adalagi yang ditemukan melalui pengalaman dan penelitian empirik, dan ada yang lain didapatkan melalui wahyu seperti yang didapatkan para Nabi/Rasul. Tetapi sumber dari semua ilmu itu adalah Allah, dan dari teologi inilah kemudian muncul istilah “trasendentalisasi ilmu”, yang artinya bahwa semua ilmu itu tidak dapat dilepaskan dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan dan keyakinan seperti ini akan mempengaruhi konsep dan system pendidikan islam
Kalau dibarat ilmu pengetahuan beranjak dari “premis kesangsian”, maka dikalangan agama samawi, termasuk islam, ilmu-ilmu itu bersumber dari “premis keimanan”, suatu keimanan yang memberikan keyakinan, bahwa kebenaran yang absolute itu hanya ada pada wahyu, termasuk kebenaran ijtihadi dalam upaya menafsirkan wahyu tersebut. Al-qur’an dan As-Sunah yang sahih mempunyai tingkat kebenaran absolute, tetapi ilmu-ilmu ijtihadi seperti ilmu kalam atau ilmu fiqih dan lain-lain, tingkat kebenarannya adalah relative. (Muhammad Talhah Hasan, 2006: 39)
Allahlah sumber segala ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu yang dikuasai manusia selama ini sangat terbatas dan sedikit sekali apa bila dibandingkan dengan ilmu Allah. Tuhan telah memberikan ilmu-Nya kepada manusia dan mahluk-mahluk lainnya seperti malaikat, dengan beberapa cara seperti dengan ilham, instink, indra, nalar (reason), pengalaman dan lain sebagainya. Atau dengan istilah lain, melalui penelitian dan survey, juga melalui penelitian laboratories, dan ada juga yang melalui kontemplasi/perenungan yang tajam dan melalui informasi wahyu yang diterima para Rasul Allah. Itu semua merupakan cara-cara yang digunakan oleh Allah untuk memberi ilmu pengetahuan, informasi, kemampuan nalar dan kecakapan kepada manusia, tetapi sumbernya tetaplah Allah.
Cecep Sumarna mengatakan, bahwa dikalangan filosof dan saintis muslim berkembang sebuah pemikiran bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu. Bagi umat islam hal itu termanifestasi dalam bentuk Al-Qr’an dan As-Sunah. Sumber Al-Qur’an ini bukan hanya mendampingi sumber pengetahuan lain, misalnya sumber empiris yang faktual/induktif dan rasional/deduktif. Al-Qur’an bahkan dapat dianggap pemegang otoritas lahirnya ilmu. Dalam perspektif islam, alam menjadi sumber empiris pengaruh modern, adalah wahyu Tuhan juga. Ia adalah symbol terendah dari Tuhan Yang Maha Tinggi dan sekaligus Maha Qudus. (Cecep Sumarna; 2008:111). Selain empiris dan rasional, sumber ilmu pengetahuan yang lain adalah intuisi dan wahyu. Melalui intuisi manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses penalaran tertentu, sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang didapati melalui “pemberian” Tuhan secara langsung kepada hamba-Nya yang terpilih yang disebut Rasul dan Nabi.
Ahmad tafsir mengatakan, bahwa menurut Al-Qur’an semua pengetahuan datang dari Allah, sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan indra, akal, dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolute, sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari indra kebenarannya tidak mutlak. ( Ahmad tafsir; 2008: 8)
Bagi orang islam sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang datang dari Allah. Sumber pertama itu sekarang ini adalah Al-Qur’an atau hadits Rasul. Demikian Al-Ghazali berpendapat, tidak akan bisa sampai pada pengetahuan yang meyakinkan tersebut bila ia bersumber dari hasil pengamatan indrawi (hissiyat) dan pemikiran yang pasti (dzaruriyat). (Al-Ghazali, 1961). Dari sini terlihat dengan jelas bahwa Al-Ghazali telah menggabungkan paradigma empirisme dan rasionalisme. Tetapi, bentuk pemaduan tersebut tetap dilakukan secara hierarkis, bukan dalam rangka melahirkan sintesa baru diantara keduanya itu. Terhadap hasil pengamatan indrawi, Al-Ghazali akhirnya berkesimpulan bahwa :
"Tentang hal ini aku ragu-ragu, karena hatiku berkata : bagaimana mungkin indra dapat dipercaya, penglihatan mata yang merupakan indera terkuat adakalanya seperti menipu. Engkau misalnya, melihat bayang-bayang seakan diam, padahal setelah lewat sesaat ternyata ia bergerak sedikit demi sedikit, tidak diam saja. Engkau juga melihat bintang tampaknya kecil, padahal bukti-bukti berdasarkan ilmu ukur menunjukkan bahwa bintang lebih besar dari pada bumi. Hal-hal seperti itu disertai dengan contoh-contoh yang lain dari pendapat indera menunjukkan bahwa hukum-hukum inderawi dapat dikembangkan oleh akal dengan bukti-bukti yang tidak dapat disangkal lagi". (Al-Ghazali,1961).
Dari pernyatan tersebut jelas sekali di mata Al-Ghazali paradigma empirisme yang lebih bertumpu pada hasil penglihatan inderawi, tidak dapat dijadikan sebagai bentuk pengetahuan yang menyakinkan lagi, sebab kebenaran yang ditawarkan bersifat tidak tetap atau berubah-ubah. Kredibilitas akal diragukan, karena kekhawatirannya, jangan-jangan pengetahuan aqliyah itu tidak ada bedanya dengan seseorang yang sedang bermimpi, seakan-akan ia mengalami sesuatu yang sesungguhnya, tetapi ketika ia siuman nyatalah bahwa pengalamannya bukanlah yang sesungguhnya terjadi." (Al-Ghazali,1961). .
C. KESIMPULAN
Masyarakat relegius, agamawan atau mistikiawan memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang kehidupan yang sangat fundamental di samping persoalan hubungan antara manusia dengan Tuhan (vertical). Oleh karena itu ilmu pengetahuan-science tidak bisa dipisahkan dari agama. Ilmu pengetahuan bersumber dari “Sang Causa Prima” demikian juga agama muaranya akan kepada “Sang Pencipta”atau akan menuju ma’rifatullah, pengetahuan hakiki tentang Tuhan.
Pemisahan agama dengan ilmu pengatahuan menyebabkan ilmu dan teknologi kering akan nilai (value free). Sedangkan memisahkan agama dari ilmu pengetahuan akan menemukan agama sebatas coretan-coretan, teks-teks dan nash-nas yang tidak berdimensi “kemaslahatan”. Ilmu pengetahuan yang tidak dibarengi nilai-nilai moral-agama melahirkan ilmu yang materialistic bahkan ateis. Ini terbukti dengan perkembangan science dan teknologi abad ini yang berdampak pada “dehumanisasi” menjauhkan manusia dari unsur kemanusiaannya, disharmoni, disfungsi, disalokasi, krisis global dan krisis multidimensional. Di sisi lain manakala kecenderungan manusia hanya pada norma agama tanpa mempedulikan saintifik maka akan terjerumus pada sikap “pantheisme”, dunia bagaikan selebar sajadah.
Ilmu pengetahuan bersumber dari Tuhan (Theocentris), dikaji melalui panca indra dan akal. Fikir dan dzikir merupakan keniscayaan dalam memperoleh ilmu pengetahaun. Pengkajian ayat Tuhan baik kitab suci (sacral-transenden) maupun alam semesta (kauniyah-cosmos) dipadukan dengan metodologi yang rasionalis-empiris dan teologis-spritualis. Sehingga pencarian dan penemuannya lebih komprehensif dan menyentuh kebutuhan manusia yang material dan immaterial, terpenuhinya kebutuhan fisik-material dan psikis-spritual.
Di kalangan ilmuan muslim, banyak sekali penemuan ilmuan yang orisinal (sebagai hasil eksperimen, observasi, atau penelitian) yang terus dikembangkan dan menjadi milik dunia ilmu pengetahuan modern, termasuk yang kemudian dikembangkan oleh para ilmuan barat.Muhammad Thalhah Hasan mengatakan, bahwa sumber ilmu pengetahuan itu adalah Allah, yang berbeda adalah proses dan cara Allah memberikan dan mengenalkan ilmu-ilmu tersebut kepada manusia dan mahluk-mahluk lainnya.Selain empiris dan rasional, sumber ilmu pengetahuan yang lain adalah intuisi dan wahyu. Melalui intuisi manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses penalaran tertentu, sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang didapati melalui “pemberian” Tuhan secara langsung kepada hamba-Nya yang terpilih yang disebut Rasul dan Nabi.
Ahmad tafsir mengatakan, bahwa menurut Al-Qur’an semua pengetahuan datang dari Allah, sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan indra, akal, dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolute, sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari indra kebenarannya tidak mutlak. Bagi orang islam sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang datang dari Allah. Sumber pertama itu sekarang ini adalah Al-Qur’an atau haditsRasul.









DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 19996Baktiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafondo Persada, 2004
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu, Bandung: Mulia Press, 2008
_____________ Rekonstruksi Ilmu dari empiris-Rasional Ateistik ke Empiris-Rasional-
Teistik.BandungBenangMerah.2005.

____________ Melacak Jejak Filsafat. Bandung: Sangga Buana,2006.

Syadali, Ahmad, Dkk, Filsafat Umum, Bandung; CV. Pustaka Setia, 2004
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Pengantar Populer, Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 1998.
Tafsir, Ahamad, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008
Thalhah Hasan, Muhammad, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Lantabora Press. 2006
Abdul Halim Mahmud. 2003. Al-Qur’an fi Syahril Qur’an (terjemah), Tadarus Kehidupan di Bulan Al-Qur’an. Yogyakarta : Madani Pustaka Press.
Shah.A.B 1986. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Husen Al-Habsy.1987. Kamus Al-Kautsar Lengkap, Bangil : Yayasan Pesantren Islam (YAPPI)
Abdullah M. Amin .1999. Studi Agama ; Normativitas atau Historisitas?., Yogyakarta : PustakaPelajar.
Maurice Bucaille. 2000. Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an,Sains. Bandung :